May 10, 2005

The Treasure of Wisdom Book (Rev.Joseph Shao)

THE TREASURE OF WISDOM BOOK
(Rev. Joseph Shao, 05 – 06 April 2004)


Yeremia 18 : 18, ada 3 kelompok orang yang dibicarakan :
1. Imam : mengajar Taurat dan menjelaskannya (analogi : seperti ayah mengajar anaknya)
Bebarapa pengertian taurat :
- Hukum, yang ditulis oleh Allah melalui Musa
- Perintah-perintah (commandment)
- Peraturan-peraturan

2. Nabi : penyambung lidah Tuhan, mereka selalu merefer ke Taurat, … beginilah Firman Tuhan…, … Demikianlah Firman Tuhan….

3. Orang Bijaksana : memberi nasehat dan memberitahu apa yang harus dilakukan.

v Perjanjian Lama terbagi dalam 3 area ini :
- Taurat
- Kitab Nabi-nabi yang diajarkan oleh nabi-nabi
- Dan ditengah-tengah ada kitab yang disebut sebagai tulisan-tulisan (eq. Mazmur, Amsal)

Dalam Perjanjian Lama ada 2 cara pengajaran :
1. Pengajaran Langsung,
Contoh : Kitab Amsal, saat membaca Amsal kita tahu apa yang ingin dikatakan oleh Amsal (bagaimana memiliki keluarga yang baik, mengasihi anak, cara berbisnis, etc)
2. Pengajaran tidak langsung
Contoh : Kitab Ayub (problem penderitaan, how a good God allow suffering?)
Kidung agung (interpretasi ; relasi antara Kristus dan jemaatNya)
Pengkhotbah (Pengkhotbah yang mengajar jemaat tentang life)

Pengkhotbah 3 : 11 : Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya
Problem : waktu adalah konsep kekekalan tetapi Tuhan meletakkanya didalam hati manusia yang finite, inilah inti kitab pengkhotbah : how to seek/search the meaning of life.

Time à eternity/infinity

Hati manusia, finite


Pengkhotbah 1 : 12, Penulis ingin kita mencari dan mengerti arti hidup dibawah matahari, ini konsep hidup yang berbeda dengan yang dimaksud dalam Injil Yohanes (hidup kekal).

Ø Dibawah Matahari, hidup adalah sia-sia dan tidak berarti
1. Tidak ada hal yang baru di muka bumi ini, apa yang bisa kita dapatkan dengan berjerih lelah dibawah marahari? Semakin banyak pengetahuan menghasilkan semakin banyak penderitaan. (Pengkhotbah 1 : 3,18)
2. Segala sesuatu adalah sia-sia, hidup pada dirinya sendiri adalah sia-sia dan seperti mengenggam angin (analogi : uap air bisa dilihat tidak bisa ditangkap); Pengkhotbah 1 : 14,17; 2 : 1,11,15,17,21,23,26)
3. Hidup penuh dengan misteri dan tidak ada yang sungguh-sungguh bernilai. Penulis mencoba mencari kesenangan didalam dunia, ia memiliki segala sesuatu yang diimpikan semua manusia, hikmat dan harta tetapi dalam semuanya itupun ia tidak mendapatkan kepuasan yang diinginkan. (1:12-2:11)
4. Kehidupan memiliki tiga musuh : Kematian (2:18), Kejahatan (4:4 ; 7:20; 9:2), Waktu & Kesempatan (9:11)

Ø Death terminates everything, but God superintends death
1.
Kematian adalah gift dari Allah agar kita bisa belajar tentang kehidupan. Berbagai jawaban tentang arti kehidupan yang diajukan oleh manusia (seperti : pleasure, work, wealth, renown, wisdom) adalah sia-sia karena ketika kematian menjemput, kita tidak memiliki kontrol apapun lagi terhadap segala hal yang ‘kupikir ada dibawah kuasaku”. (2:18-21)
2. Hari kematian adalah lebih baik dibandingkan hari kelahiran, karena hidup sendiri tidak memiliki keuntungan selain pengalaman kepahitan dan kesusahan. (3:18-21; 4:13-16 ; 6:1-6)
3. Orang bijak memilih datang kerumah duka dibanding rumah hiburan, karena disana bisa berpikir tentang kehidupan, menghitung hari-hari dengan bijaksana (Maz 90), (Pengkhotbah 7 :4)
4. Whether you are good or bad, someday you’ll die so the righteous become only through God’s direction. (9:1-2)
5. Perbedaan antara orang hidup dan mati adalah bahwa yang hidup tahu bahwa suatu hari mereka akan mati (9 : 5-6). Kontrol hidup dan mati ada ditangan Tuhan
6. Kematian adalah alat yang dipakai Tuhan agar manusia lebih dekat kepadaNya. Roh manusia akan kembali kepada Tuhan Sang Pencipta (12:7), setiap kehidupan berasal dari dan kembali kepada Allah.

v Preface kitab Pengkhotbah :.Life is vanity and meaningless plus death terminate everything. Is this the meaning of life? Konklusi Kitab Pengkhotbah 12: 3 –4 à Tidak, bila Allah masuk dalam gambar kehidupan kita.

Ø With God, life is enjoyable
1. Dengan Allah, manusia dapat menikmati hidup dan memperoleh kepuasan, karena tangan Tuhan yang menopang dan mengijinkan kita menikmati makan, minum dan kepuasan. Joy is a gift from God. Manusia dapat menikmati hidup karena Tuhan yang memberi kuasa untuk menikmatinya.(2:24-26; 3:12-14,22 ; 5 : 18-20; 8:15; 9: 7-10).
2. Tuhan menciptakan setiap peristiwa dibawah matahari untuk tujuan yang saling berkaitan (3: 1 –11) Segala sesuatu berada dibawah rencanaNya.
3. Karunia untuk menikmati hidup berasal dari kemurahan Tuhan (6:1-5). Ada yang memiliki harta tetapi tidak dijinkan untuk menikmati (mis. Masalah kesehatan, etc), menikmati hidup tidak bisa diukur dari jumlah kekayaan yang dimiliki.
4. Menikmati kehadiran Allah dalam kehidupan.(11: 7-9).

Bagaimana Hidup dihadapan Allah
- Theology of enjoyment = teologi hidup dihadapan Allah
- 7 : 13, takut akan Allah dalam arti beribadah kepada Allah dengan rasa takut dan hormat
- 5 : 6, banyak masalah kehidupan yang tidak bisa dimengerti, datanglah kehadapan Allah menunggu jawaban Tuhan dengan rasa takut dan hormat karena hanya Dia yang memiliki kunci jawaban atas masalah kehidupan
- 8 : 12-13, Percaya kepada Allah ditengah-tengah ketidakpastian (uncertainty)
Allah dalam kehidupan manusia
Creator/Pencipta
7:13, Allah yang menciptakan dan mengontrol segala sesuatu dimuka bumi ini
11:5, ada banyak hal dalam dunia yang tidak bisa dimengerti dan dipredict, Tuhan yang menciptakan kehidupan.
7:27-29, begitu sulit mencari orang benar, Allah menciptakan manusia yang sempurna tetapi manusia yang mengubahnya (eq. Allah Bapa vs Allah Ibu)inilah masalah umat manusia : God creates everything good; but man invents endless substitutes
12 : 1, Sebagai ciptaanNya, ingatlah kepada Tuhan sejak masa muda, karena akan datang masa dimana kita tidak bisa melakukan hal yang hanya bisa dilakukan saat masih muda. Don’t loose that chance!

Allah yang berdaulat (Sovereign)
1:3,4-11, banyak hal yang terjadi tetapi Allah mengontrol segala sesuatu. Adanya beban dalam kehidupan bisa membawa kita datang kehadapanNya
3:11, Allah memberi kita sesuatu yang indah: konsep waktu, eternity agar kita dapat memahami meaning of life, bagaimana kita mengerti apa yang Allah lakukan dalam kekekalan dengan waktu yang terbatas yang dimiliki manusia.
2:26, orang yang diperkenanNya vs orang berdosa, (citizens vs visitors). He loves & cares orang pilihanNya.
5:1, Allah adalah Allah yang kudus, kita harus mendengar suaraNya dan hati-hati dengan mulut kita..
5:17-19, God give us ability to enjoy our life
8:15, God gives us time to enjoy our life
9:7-9, kita hidup sia-sia bila tidak menikmati hidup, Allah ingin kita menikmati hidup dengan bertanggungjawab
11:8, Days of enjoyment mungkin singkat diganti days of darkness, maka nikmatilah hidup dihadapan Tuhan.

Hikmat yang tidak dapat diselami (Unsearchable Wisdom)
1:13, 3:10; dalam mencari jawaban mengenai masalah kehidupan pengkhotbah menyadari bahwa God is partially comprehensible
8:5-8, 9:11-12, Allah mengerti past, present and future, yet man cannot understand him, karena manusia terbatas/terjerat dalam waktu
7:23-24, Himat yang dimiliki manusia hanya temporary saja , bersifat masa lampau. God is unsearchable wisdom, siapa yang dapat menemukannya?

Allah sebagai Hakim
3:15-17, Allah akan mengadili semua yang terjadi masa lalu, someday kita akan berdiri dihadapan tahta pengadilanNya
5:7, God is higher than ordinary officials, so jangan putus asa bila didunia ini orang lemah tertindas dan hak-hak mereka disangkali.
11:7-10, God is the ultimate judge, we can enjoy our life, see/do/follows what your heart wants but life responsibly cause someday he’ll judge us. Allah memberi kita kebebasan yang bertanggungjawab, Allah ingin kita hidup benar didunia yang berdosa.
12:9-14, Allah akan membawa segala sesuatu ke penghakiman (good or evil) dengan tujuan agar kita takut dan beribadah kepadaNya.

Allah sebagai Gembala
a. 12:11,God is our shepherd, Ia mau memelihara kita, karena sama seperti domba sometimes kita tidak bisa melindungi diri sendiri.

May 09, 2005

Upside Down Worship (DR.Richard Pratt)

UPSIDE DOWN WORSHIP
(DR. Richard Pratt, 15-16 Januari 2001)


· II Taw 30 : 1 – 5

- Kitab Tawarikh ditulis dengan latar belakang kembalinya B. Israel dari masa pembuangan dimana mereka harus membangun kembali kehidupan ibadah mereka.

- The centrality of Worship (Pusat Ibadah)
a. First thing must be first
Ø Kita harus menjadikan yang utama menjadi yang utama dalam hidup kita. Saat bangsa Israel terpecah menjadi dua dan saling bermusuhan apa yang dilakukan Hizkia untuk membangun kembali bangsa Israel menjadi bangsa yang kuat? Ia tidak memperkuat ekonomi atau angkatan perang terlebih dahulu melainkan mendirikan kembali ibadah kepada Allah.
Ø Saat Allah menciptakan manusia, Ia memerintahkan manusia untuk “take care & keep the garden”. Alkitab menggunakan istilah yang sama untuk menjelaskan mengenai tugas imam(priest). Itulah tugas dan tujuan hidup manusia : beribadah kepada Tuhan.
Ø Ketika bangsa Israel dalam perjalanan dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, saat beristirahat dalam perjalanan, kedua belas suku berkemah mengelilingi Tabut Allah mengajarkan mereka satu hal : pusat kehidupan adalah ibadah kepada Allah.
Ø Kita tidak dapat hidup dengan seharusnya tanpa memiliki ibadah sebagai pusat hidup kita.

b. Commitment to faith & Unity
Ø Hizkia tidak melakukan ibadah sekedar ibadah, Ia melakukannya sebagaimana seharusnya yang diperintahkan Tuhan. Ia membangun kerajaannya dengan meletakkan batu-batu yang tepat sbb :
· Batu I : Beribadah sesuai dengan prinsip Firman Tuhan
· Batu II : Memiliki komitmen yang besar terhadap kesatuan bangsanya.
Ia mengundang semua bangsa Israel di Utara & Selatan, meskipun mereka saling membenci.
Seringkali kita menggunakan batu plastik untuk mendirikan ibadah :
· Batu plastik I : menganti yang seharusnya dengan yang baru
· Batu Plastik II : melakukan sebagaimana yang biasa dilakukan

c. Truth & Unity together
Ø Ada 3 unsur yang Hizkia gunakan sebagai perekat untuk merekatkan batu I & Batu II, yaitu :
a. Passion (Kesabaran )
· Hizkia rela memundurkan jadwal perayaan Paskah karena bangsa Israel di bagian utara tidak dapat datang tepat waktu.
· Sabar berarti kita mengambil waktu yang cukup untuk mencapai kebenaran secara bersama-sama dan kita dapat menunggu.
b. The Right Priorities (Prioritas yang tepat)
· Seringkali hal yang Allah tempatkan didaftar paling bawah dalam ibadah kita tempatkan dalam daftar paling atas demikian sebaliknya.
· Semua hal ada urutan prioritasnya tidak bisa disamaratakan.
c. Pray (Berdoa)
· Saat bangsa Isarel bagian utara sakit karena menjalankan Paskah tanpa mentahirkan diri, Hizkia tidak mengusir mereka tetapi berdoa agar Allah memberkati mereka.

· Mazmur 29

Ada 3 hal utama berkaitan dengan upside down worship
a. The Place of Worship (tempat ibadah)
o Ayat 1 menginformasikan dimana kita beribdah, tempatnya tidak didunia secara fisik melainkan disorga
o Saat kita beribadah kepada Allah kita beribadah dialam sorgawi dimana Allah berada.
o Dalam ibadah, apa yang paling menarik perhatian kita? Dunia (jemaat, pendeta, pianis, song leader, pakaian, dll). Mengapa kita lebih tertarik untuk mengetahui apa yang sedang terjadi disini (gereja) dibandingkan sorga? Karena kita tidak memiliki bayangan surga dimana sorga berada. Kita sering bicara dan mendengar mengenai sorga but it’s mean nothing.
o Seperti apakah Surga? Surga adalah seperti Ruang Tahta Kerajaan yang besar (wahyu 4 : 2-11; Maz 29). Saat memasuki ruang itu semua perhatian kita terarah hanya kepada Dia yang duduk di Tahta.
o Dalam Wahyu disebutkan the creature sangat kagum kepada Allah sehingga tidak bisa berhenti memuji Tuhan. Ada dua kelompok yang beribadah bersama: malaikat sorgawi yang menyembah Allah dan kita yang mendengar mereka menyembah Allah tidak bisa tidak bergabung bersama mereka menyembah Allah.
o Tempat ibadah kita seharusnya adalah Ruang Tahta Allah dengan segenap hati, jiwa dan pikiran kita.

b. The Purpose of Worship (Tujuan ibadah)
Ø Biasanya alasan kita beribadah bukanlah menuju Ruang Tahta tapi :
· Ruang Tamu (bertemu dengan teman-teman, sahabat, dll)
· Ruang Entertain (mendapat hiburan)
· Ruang Terapi (Gereja sering menjadi R. konseling terapi, “I have problem with my spouse, my children, my friend, etc”)
· Ruang Kuliah (kecendrungan Reformed, bila saya mendapat sesuatu yang baru berarti saya beribadah, bila tidak saya tidak beribadah)
Ø Tetapi Ibadah adalah masuk ke R. Tahta bukan R. Tamu, Entertain, Terapi, dll. Semua hal tersebut tidak salah tetapi bukan berada di prioritas paling atas dalam beribadah
Ø Tujuan kita dalam beribadah seringkali adalah : hanya untuk mendapatkan sesuatu bagi diri kita sendiri (teman, hiburan, belajar, pemecahan masalah, dll)
Ø Tujuan Ibadah adalah : to give to God, not to take from God, itu adalah prioritas tertinggi dalam ibadah. Seorang Raja layak menerima segala sesuatu dari kita. Serving in worship is serving God
Ø Allah layak menerima waktu, informasi, entertain, perhatian, pujian, doa yang terbaik dari kita yang lahir dari jiwa kita yang kagum atas keagungan Tuhan karena kita ingin melayani, memberikan yang terbaik bagi Dia.

c. The procedure of worship (Tata Ibadah)
Ø Bila tempat yang kita tuju adalah Ruang Tahta, bila tujuan kita adalah memberi, apa yang harus kita berikan?
· Kemuliaan
· Kekudusan
Kedua hal tersebut sering kita dengar tetapi tidak kita mengerti
Ø Memberi kemuliaan kepada Dia berarti :
Kita melakukan ibadah dengan satu pikiran, lakukan yang terbaik untuk menunjukkan betapa agungnya Dia
“ Saat Ia menyuruh saya menyanyi/berdoa/ mendengar Firman Tuhan, saya akan menyanyi/berdoa/mendengar Firman Tuhan dengan sepenuh hati karena Yesus Kristus begitu berharga bagi saya dan saya ingin menunjukkan betapa berartinya , betapa berharganya Dia bagi saya”
Ø Sikap kita terhadap Allah tercermin dari sikap ibadah kita.
Ø Bawalah kado (ungkapan syukur atas berkat Tuhan, sukacita, dll) kegereja, jangan datang dengan tangan kosong.

May 08, 2005

Violence, Otherness and Reconciliation (DR.Joshua Lie)

VIOLENCE, OTHERNESS AND RECONCILIATION
(DR. Joshua Lie, 30 July-01 August 2001)

A. VIOLENCE (Kekejaman, Kejahatan, Kekerasan, Evil), Yoh 9 : 1-5

v Modern

Pendapat modern mengenai violence :
- Pengalaman/Masalah violence merupakan pengalaman/Masalah individual pribadi yang mengalami, tetapi secara konsep merupakan generalisasi
- Pengalaman/Masalah violence selalu dicari kausalitasnya, tetapi seandainya sudah diketahui kausalitasnya, belum tentu dapat menyelesaikan violence karena kompleksitas masalah. Seringkali manusia memulai violence tetapi tidak dapat menyelesaikannya
Contoh : Kej 37, Kisah Yakub dan 12 putranya
Mengapa Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya? Karena Yakub pilih kasih
kemudian apa Solusinya? Tidak ada, bahkan diakhiri dengan kepahitan, Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya, Yakub menangisi kematian Yusuf dan saudara-saudaranya dibayangi dosa mereka seumur hidup
- Suffering atau violence disebabkan oleh evil, tetapi siapa evil? Tidak ada yang tahu, modern tidak bisa menjawab
- Pandangan terhadap Violence : I am a winner

v Post Modern
Pendapat Post Modern mengenai violence :
- Masalah evil/violence bukan merupakan masalah individu tapi masalah inter human karena kompleksitas masalah
Contoh : Masalah AIDS, bukan merupakan masalah penderita AIDS tapi juga merupakan masalah bersama, karena harus dicegah penularannya.
- Masalah evil/violence dipahami sebagai story, akibatnya kejahatan dapat tidak terasa sebagai kejahatan. Jika kita membangun story of life yang salah akan berakibat terjadi violence. Dalam story tidak ada unsur kausalitas
Contoh : Paulus
Paulus membangun story hidupnya : saya Orang Farisi, Suku Benyamin, dll… sehingga kalau ia tidak menganiaya orang Kristen, maka story hidup yang sudah ia bangun tidak ada artinya, justru kalau ia tidak menganiaya orang Kristen, ia aneh.
- Violence dipahami dan dikaitkan dengan plot, violence memiliki plot yang sukar diduga, violence bisa ada dimana-mana tergantung tinggi dan rendah intensitasnya
- Evil is suffering/violence dan sebaliknya, itu berarti dimana ada evil disitu ada violence, maka tidak usah lagi dicari penyebabnya, hadapi dan kalahkan evil/violence, tetapi manusia tidak mungkin menyelesaikan dan mengalahkan masalah violence secara tuntas, karena untuk itu ia harus menjadi infinitive
- Pandangan terhadap violence/evil : I am a survivor

v Pandangan Alkitab terhadap Violence/suffering/evil
- Masalah evil/violence tidak bisa diselesaikan dengan mencari kausalitasnya dan bukan juga dengan menghadapi dan mengalahkannya tetapi dengan intervensi dari Allah melalui karya Penebusa Kristus.
- Saat mengalami violence jangan putus asa tetapi berjalanlah bersama Tuhan dalam proses pembentukanNya untuk mengatasi violence tersebut
- Menurut postmodern (lavinas) suffering itu useless, tetapi menurut pandangan Alkitab suffering berguna ditangan Tuhan, dapat dipakai Tuhan untuk membentuk kita. Jangan biarkan suffering yang membentuk kita (keras, taft, lemah), tapi biarkan kehendak Tuhan yang membentuk kita
Contoh : Kej 37
Allah intervensi dalam kehidupan Yakub dan anak-anaknya
Yakub : dibentuk Tuhan dengan berpisah dari anak kesayangannya (tidak boleh mengasihi terlalu berlebihan) setelah proses Tuhan selesai bertemu kembali dengan anak yang dikasihinya
Yusuf : harus berpisah dari keluarga dan mengalami proses panjang yang pahit sebelum sukses dan bertemu kembali dengan keluarganya
Saudara-saudara Yusuf : dibayangi dosa dan harus berlutut hormat kepada Yusuf sebelum masalah evil diantara mereka diselesaikan dengan intervensi Tuhan

B. OTHERNESS (SESAMA YANG LAIN), LUKAS 10 : 25-37

v Post modernisme

- Violence muncul karena manusia tidak bisa menghargai/mengakui sesama yang lain di dunia dimana manusia hidup
- Pendapat Lavinas mengenai Otherness :
a. Manusia harus menjadi ateis untuk memiliki relasi yang benar dengan Allah
Ateis = Manusia harus bisa independen terlebih dahulu baru dia bisa berelasi dengan Tuhan secara benar
Contoh : A menjatuhkan diri dan ia dependen kepada Allah untuk menopangnya. Sebenarnya A sedang menjajah Allah untuk melaksanakan apa yang ia kehendaki. Kalau A independen, maka ia bisa menghargai dan menerima Allah apa adanya.
b. Dalam relasi antara dua orang, satu sama lain tidak boleh menjadikan yang lainnya untuk menjadi sama dengan dirinya. Evil terjadi karena semua ingin dijadikan sama, tidak mengijinkan adanya perbedaan. Dengan demikian saat berelasi dengan sesama, saya harus menjadi seegois-egoisnya, karena jika saya tidak pernah enjoy dengan diri sendiri (egois) saya tidak bisa menerima orang lain apa adanya sehingga saya memanipulasi dia untuk menikmati diri sendiri. Dengan menjadi egois , maka saya independen sehingga saya bisa menghargai “ saya adalah saya, dia adalah dia”.
c. Setiap waktu saat saya bertemu/berelasi dengan orang lain, saya dituntut untuk berbuat baik kepada dia. Saat itulah maka suffering/evil/violence bisa diatasi. Saya menuntut diri saya sendiri untuk menjadikan sesama saya sebagai tuan saya, dia hadir secara transenden (inilah sebab mengapa post modern memberikan “tempat” untuk keberadaan Allah, meski hanya bersifat trace yang datang dan hilang tiba-tiba, berbeda dengan modern yang “membuang” Allah, karena Allah dianggap tidak logic).
d. Dalam relasi antara lebih dari 2 orang, dengan melaksanakan point c maka muncullah justice yaitu hospitality dalam pengertian “ setiap negara harus menerima orang yang datang kenegara tersebut tanpa memperhatikan latar belakangnya”. Tidak boleh ada pembatasan/pengkotak-kotakkan lagi

v Pandangan Alkitab mengenai otherness (Luk 10 : 25 – 37)
- Problematika orang berdosa bukanlah problematika pengetahuan mengenai siapakah sesama manusia tetapi bagaimana mengerti sesama yang lain.
- Kalau kita ingin menjadikan orang lain sebagai tuan atas kita hal tersebut tidak mungkin karena dalam berelasi dengan orang lain kita cenderung melihat atribut (SARA) yang dimilikinya dan bukan manusianya.
- Sebagai orang berdosa, kita cenderung membangun self, identitas diri dengan atribut-atribut tertentu dan kemudian melakukan hal-hal yang sesuai dengan atribut & identitas yang sudah kita bangun.
- Sebagai orang percaya, seharusnya identitas diri dibangun didalam dan oleh Tuhan, masalahnya bersediakah kita dirubah oleh Tuhan? Bersediakah kita mengakui karya Tuhan dalam hidup kita?





C. RECONCILIATION , EF 2 ; 11 – 14 ; 4 : 2 – 3

v Post modernisme
- Reconciliation dipahami sebagai sesuatu yang terjadi/obligation happen seperti ‘flashing light’ (sesuatu yang terjadi seperti kilat, tiba-tiba & selesai, menghasilkan reconciliation) dan bisa hadir dimana-mana, bersifat transenden. Tidak perlu mencari reason untuk melakukan reconciliation, melainkan ada sesuatu yang timbul didalam hatiku secara tiba-tiba untuk melakukan itu pada saat itu. Dalam melakukan reconciliation manusia independen tetapi ada kehadiran transeden Reconciliation dalam menghadapi evil dipahami sebagai ‘departure without return’.
Contoh ; Abraham, ia independen tetapi experience transeden with God
Saat ‘lampu kamera’ terjadi (ada suara yang memerintahkan ia untuk pergi), ia tidak keberatan untuk mengikutinya dan ia independen, tidak terikat dengan atribut-atribut (kekayaan, keluarga) di tanah kelahirannya, sehingga suffering bisa diatasinya.
- Problem utama post modern adalah so many theory but theory tersebut mau ditaruh dimana. Karena modern menghasilkan terlalu banyak teori untuk mengatasi masalah manusia tetapi masalah manusia tetap tidak teratasi

v Pandangan Alkitab
- Ef 2 : 11à manusia berdosa terpisah dan membangun tembok-tembok sehingga menghasilkan perseteruan diantara mereka
By Birth + By Structure = Perseteruan à pola kehidupan didalam dosa
- Ef 2 : 14; 4:1 à Damai Sejahtera ADALAH Dia. Rekonciliation bukan hanya bersifat konsep dalam pemikiran. Diri kita yang sudah diperdamaikan dengan Allah melalui karya penebusan Kristus dapat menjadi pendamai/damai sejahtera bagi orang lain. Dengan memperoleh sumber damai sejahtera, maka kita dapat menjadi damai sejahtera bagi orang lain.
- Untuk memahami damai sejahtera sehingga dapat melihat dan mengatasi violence secara tepat, kita harus hidup sebagai body of Christ yang memiliki ciri :
a. Rendah hati (humble)
Setiap orang Kristen yang sudah diselamatkan oleh Kristus adalah unik (singular), tidak ada yang sama persis, tetapi tetap harus sadar bahwa saya hanya salah satu bagian dalam tubuh Kristus sehingga saya harus humble (= menempatkan diri pada tempatnya). Kita tidak dapat humble bila belum berdamai dengan diri sendiri
b. Lemah lembut (gentle)
Sebagai bagian dari tubuh Kristus saya memerlukan yang lain (interdependensi, I Kor 12)
c. Sabar (be patient)
Jangan terlalu cepat menghakimi diri sendiri dan orang lain karena semua sedang dalam proses pertumbuhan. Mari terus bertumbuh, selama belum bertumbuh kita tidak pernah tahu betapa besar anugerah Tuhan
- Pandangan Alkitab :
a. Evil bukan sesuatu yang ada, tetapi ‘ada’ (bukan sesuatu yang ada pada dirinya)
Contoh : à Kertas sempurna


à ada yang tidak ada, tidak ada yang ada, that’s evil

b. Fokus hidup bukan evil. Evil ada karena manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.
c. Pengertian depend dalam Alkitab : bukan manusia yang merasa perlu Allah sehingga manusia mencari, tapi depend datang dari Allah (Kej 1 : 28), justru manusia melanggar nature depensi yang diberikan Allah.