Markus 5:1-20Jemaat yang dikasihi Tuhan, saya ingin saudara melihat bahwa peristiwa TUHAN YESUS mengusir roh jahat di Gerasa terjadi setelah peristiwa angin ribut. Ketika TUHAN YESUS mengawali perjalanan dengan mengajak murid2 bertolak ke seberang sedangkan TUHAN YESUS sendiri tertidur di buritan. TUHAN YESUS ingin menunjukkan bahwa Ia berkuasa atas alam semesta. TUHAN YESUS tidak dikuasai oleh alam semesta yang begitu menakutkan murid2. Waktu murid2 ketakutan, mereka berkata, “ Guru, Engkau tidak peduli kalau kami binasa” Itu adalah teguran yang begitu keras dan bukan sekedar pemberitahuan “Guru, kami sedang takut” Tetapi kita melihat cara TUHAN YESUS menangani begitu indah. Ketika murid2 ketakutan dan menegur TUHAN YESUS dengan tidak sopan, ia tidak marah dan berkata “Kamu murid kurang ajar, tidak sopan” Tidak, tetapi TUHAN YESUS tahu pergumulan murid2 nya. Dan Ia menyelesaikan terlebih dahulu persoalan yang dihadapi murid2 nya. Ia berkata kepada angin “Diam dan tenanglah” setelah persoalan diselesaikan, baru Ia menegur murid2Nya dan berkata “ Mengapa kamu tidak percaya?” Kita sering tidak seperti TUHAN YESUS dalam menyelesaikan masalah dengan orang lain. Seringkali kita tidak bantu dahulu untuk menyelesaikan masalahnya, tetapi dicari dahulu kenapa sampai begini. Sesudah tahu, kita kritik2 dan kalau perlu memarahi dan akhirnya tetap tidak ada penyelesaian. Pola seperti itu tidak akan masuk karena mereka sedang bergumul dengan persoalan yang dihadapi. Kalau kita mengajar anak, anak bandel kita tegur dan marahi, percuma. Kalau anak kita tidak membereskan kamarnya, dan pulang sekolah kita marahi, tidak akan berhasil. Karena dia pulang sekolah persoalannya dia lapar. Ajak dulu makan, baru kita tunjukkan kamarnya.
Waktu TUHAN YESUS dalam peristiwa angin ribut, TUHAN YESUS ingin menunjukkan siapa Dia, Dia ingin menunjukkan kuasanya. Ketika di Gerasa, Ia menunjukkan bahwa Ia bukan saja berkuasa atas alam semesta, tetapi juga berkuasa atas roh2 jahat. Roh2 jahat takut dan tunduk pada TUHAN YESUS. Kalangan atheis tidak percaya adanya Tuhan, tetapi mereka percaya adanya setan. Lucu bukan, padahal setan yang mereka percaya ada, setan itu juga percaya adanya Tuhan. Seperti yang dikatakan Yakobus : setan tahu siapa Tuhan dan percaya, hanya bedanya mereka tidak mau taat.
Dari 2 kejadian ini, ketika TUHAN YESUS menunjukkan bahwa Dia berkuasa atas alam semesta dan roh2 jahat, ini bukan menjadi tujuan akhir Tuhan. Tujuannya adalah ingin memanifestasikan kasih yang ada dalam Dirinya. Kuasa yang dimiliki mencerminkan dari sudut
leadership, pemimpin, sedangkan kasih yang dimiliki mencerminkan dari sudut seorang pelayan. Kedua hal ini dijalankan TUHAN YESUS dalam hidupnya dengan baik dan benar. Banyak orang bisa menjalankan kepemimpinan dengan baik tetapi tidak bisa menjalankan kasih. Orang Kristen dalam hidupnya harus bisa menjalankan
servant-leader. Ini yang diadopsi dalam banyak buku manajement sekarang ini. Ini diadopsi dari Alkitab. Dikatakan bahwa seorang pemimpin yang baik harus bisa menjadi seorang pelayan bagi bawahannya. Kita melihat banyak orang berhasil menjadi
leader tetapi tidak berhasil menjadi
servant. TUHAN YESUS berkata siapa yang mau menjadi yang besar hendaklah ia menjadi yang melayani, yang mau menjadi yang terkemuka, hendaklah menjadi hamba bagi yang lain. TUHAN YESUS menunjukkan semua itu. Dalam perjalanan menuju Gerasa tujuan TUHAN YESUS adalah bukan sekedar ingin mendemonstrasikan kepada murid2nya tentang kuasaNya. Perjalanannya adalah ingin mengunjungi seseorang. Siapa dia? Apakah dia seorang Jenderal/ CEO? Bukan, TUHAN YESUS menempuh perjalanan, menempuh badai hanya untuk bertemu dengan satu orang gila yang memukul-mukul dirinya, yang dikucilkan dan dijauhi semua orang. Sekarang TUHAN YESUS sendiri mau datang mengunjungi orang itu. Sekarang ini tidak ada seorang yang mau melakukan hal seperti itu. Ada yang mau pergi menempuh segala kesulitan untuk cari dokter hebat. Tetapi TUHAN YESUS datang untuk memanifestasikan kasih yang dimiliki, sebagai orang yang berkuasa atas alam semesta dan roh2 jahat. Bayak orang ketika memiliki kuasa dalam hidupnya tidak dapat menjalankan kasih yang dimiliki.
Orang yang berkuasa ada 3 macam :
1. Orang yang berkuasa dalam hal intelektual. Dengan memiliki intelektual, ia mampu melakukan penemuan2 dan memimpin banyak orang. Ia pakai kuasa intelektualnya bukan untuk melayani banyak orang, tetapi untuk melayani dirinya sendiri atau melayani kuasa yang dimiliki.
2. Orang yang berkuasa dalam perdagangan. Ia memakai waktu yang banyak dan ia bukan menjadi tuan atas bisnisnya tetapi justru menjadi pelayan atas bisnisnya. Ia bekerja sampai larut malam dan lupa peran sebagai ayah dalam keluarga
3. Orang berkuasa dalam kemashuran yang dia miliki. Contohnya: Elvis Prestley. Dengan segala kemampuan yang dimiliki, semua orang tahu siapa dia. Tapi dia menggunakan semua kemashuran untuk melayani dirinya sendiri dan akhirnya mati dengan mengenaskan.
Banyak orang yang memiliki kuasa dalam politik, contohnya adalah Suharto. Kuasa yang dimiliki bukan digunakan untuk memanifestasikan kasih Tuhan dalam hidupnya tetapi untuk melayani dirinya dan keluarganya. Tanpa sadar telah hanyut dan bukan lagi kekuasaan melayani dia tetapi dia melayani kuasa itu sendiri. Akhirnya hanyut sendiri dan melihat kehancuran kuasanya.
Orang Kristenpun sendiri sulit. Tuhan mempercayakan kuasa padanya; perdagangan, intelektual. Tetapi ketika dia memiliki semua itu, ia sulit untuk memanifestasikan kasihnya pada orang yang membutuhkannya dan mempermuliakan Tuhan.
Kenapa orang tidak dapat menjalankan kuasa dalam hidupnya bersamaan dengan memanifestasikan kasih. Sebelum orang itu mengalami kasih Tuhan dan menghayati penderitaan TUHAN YESUS di kayu salib, ia tidak dapat menjalankannya. Banyak orang Kristen berkata ”Dia lebih mudah untuk mengerti kehendak Tuhan daripada mentaatinya”. Dia mentaati kehendak Tuhan sepanjang kehendak Tuhan memberi
benefit dalam hidupnya, tetapi ketika harga yang dibayar terlalu mahal,ia akan berpikir 2 x.
Kalau kita memiliki usaha dan ada orang mau melamar, ketika tahu latar belakangnya adalah bekas seorang penjahat, tapi sudah bertobat, walaupun ada rekomendasi dari gereja, kita lebih memilih orang yang bersih lingkungan. Karena kita berpikir, resiko besar. Kalau orang itu latar belakang pecandu, ini pasti resiko. Banyak hal, gerejapun menutup diri. Di London ada sebuah persekutuan wanita dan ada seorang wanita baru bergabung. Wanita ini pernah kumpul kebo, dan ia tinggal dengan anaknya hasil kumpul kebo. Dia datang ke gereja untuk mencari damai sejahtera. Tetapi, para wanita di komisi itu menolak karena takut suami mereka akan digoda dan mereka melaporkan pada ketua komisi untuk memberitahu wanita tersebut secara halus. Lalu wanita tersebut berkata “Saya tahu siapa diri saya dan saya tahu latar belakang saya gelap. Tapi tolong tunjukkan kepada saya tempat menampung orang2 seperti saya selain tempat ini”. Perempuan ini tahu, kalau dia kembali ke tempat asalnya, dia akan menjadi rusak dan dia tahu gereja menjadi harapan untuk mengalami pembaharuan hidup, tetapi justru anak2 Tuhan menutup diri. Karena mereka berpikir resiko, waktu mereka mau mendemonstrasikan kasih Tuhan, mereka memikirkan berapa besar harga yang harus dibayar, memikirkan untung ruginya. Dan kalau sudah begitu, orang mulai tawar hati dan menutup pintu. Seandainya TUHAN YESUS memikirkan resiko Dia datang dalam dunia, bagaimana Dia lahir dalam palungan, begitu miskin, dihina, dikhianati dan disangkal murid2 nya dan resiko yang paling hebat, Dia harus mati di kayu salib, Dia mungkin tidak datang dalam dunia. Tetapi justru Dia ingin memanifestasikan kasih Allah kepada dunia, dan tahu resiko yang dihadapi, Dia datang dalam dunia. Banyak anak Tuhan berpikir mengenai resiko, tetapi TUHAN YESUS berbeda dengan orang Kristen dalam dunia yang ketika mau memanifestasikan kasih Allah dalam dunia, dia mulai hitung dulu untung ruginya, resikonya. Kalau resiko besar, menutup diri. TUHAN YESUS justru mau menempuh bahaya yang membahayakan jiwaNya demi menemui 1 orang gila yang dirasuk setan. TUHAN YESUS tidak memakai kalkulasi untung rugi dan logika. Ini yang menjadi kesulitan. Doktrin hanya menjadi pengetahuan, ketika mereka didorong untuk melaksanakannya mereka gagal. TUHAN YESUS memakai suara hati, Ia mempunyai hati yang mencintai, hati yang ingin melayani, dan walaupun orang yang dilayani bukan orang yang terpandang, tetapi TUHAN YESUS datang untuk 1 orang ini memempuh bahaya. Ini adalah kontradiksi dari apa yang dilakukan manusia. Kita lihat apa yang dilakukan TUHAN YESUS justru diterima manusia sebagai suatu hal yang sangat berbeda. Waktu TUHAN YESUS berhasil mengusir roh jahat, ada korban yang harus dibayar, yaitu 2000 ekor babi. Kalau babi sekilo 25 ribu, 1 ekor babi diperkirakan harganya 1,25 juta. Ini 2000 ekor babi, 2,5 milyar. TUHAN YESUS demi 1 orang ia korbankan 2000 ekor babi. Ada yang bilang, “Ya terang aja, itu bukan babi sendiri, babi orang lain” Itu adalah komentar yang salah karena TUHAN YESUS berani mengorbankan nyawaNya sendiri menghadapi gelombang samudera demi 1 orang. Ia memiliki kuasa atas alam semesta dan roh2 jahat, bukan untuk mendemonstrasikan kuasaNya tapi untuk memanifestasikan kasih hanya untuk 1 orang ini. TUHAN YESUS berkata : 1 orang diselamatkan, ribuan malaikat bersuka cita. Saya percaya sukacita yang dialami malaikat lebih besar dari dukacita orang yang kehilangan babinya.
Banyak orang melihat yang TUHAN YESUS kerjakan, tidak bisa memahami kasih Tuhan. Apakah TUHAN YESUS tidak tahu siapa diriNya, Ia terpandang, banyak orang berusaha menjamu diriNya walaupun membenci dia, orang terpandang seperti Nikodemus datang mencari Dia. Dia harusnya bergaul dengan orang2 yang selevel, tetapi TUHAN YESUS menjadi sahabat orang-orang yang dikucilkan, sahabat pemungut cukai. Banyak kali kita sulit memahami, Paulus harus berdoa ”Aku berdoa supaya kamu memahami betapa lebar, tinggi dan dalam cinta Tuhan” Daud dikatakan bisa mengerti isi hati Tuhan karena Daud bergaul dekat dengan Tuhan. Bagaimana Daud bergaul dekat dengan Tuhan? Daud berusaha mengisi hidupnya dengan mencoba membaca Firman Tuhan, dia mengerti Taurat dan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya. Banyak orang berpikir untuk dekat dengan Tuhan, berusaha ikut dengan berbagai aktivitas rohani dan pelayanan; tetapi tidak. Kegiatan itu tidak menjamin kita hidup semakin dekat dengan Tuhan. Yang membuat kita semakin dekat dengan Tuhan dan mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita adalah melalui Firman Tuhan, melalui komunikasi kita dengan Tuhan dalam doa dan baca Firman Tuhan, dalam
pesonal devotion saat teduh kita dengan Tuhan. Itu yang membuat kita semakin hari semakin mengenal Tuhan.
Banyak kali orang merasakan bagian ini tidak terlalu penting, yang penting saya melayani Tuhan. Kalau kita melihat, bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? tidak ada yang tahu, cuma saudara dengan Tuhan. Kalau melihat aktivitas rohani, orang bisa terkecoh.
Suatu kali saya makan siang dan Yeremia Lim yang bercerita, dalam KKR ada 1 pemuda yang begitu menyukakan hatinya. Sebelum KKR, ia membersihkan ruangan, menyiapkan segala sesuatu dan memimpin koor. Anak muda ini luar biasa. Waktu KKR mau selesai dan mau pulang, kamar hotelnya diketuk, ternyata anak muda itu, anak muda itu berkata “Pak bisa bantu saya, saya ada masalah dengan Tuhan.” “Kamu adalah pemuda yang luar biasa dan begitu aktif. Kenapa kamu kemarin tidak maju ketika altar
call?” Anak muda itu menjawab “Saya malu, orang tahu siapa saya dan saya menjadi teladan, tetapi tidak ada yang tahu saya sebenarnya seperti apa”
Kadangkala aktivitas rohani bisa menjadi kamuflase. Yang tahu berapa dekat dan berapa besar cinta saudara dengan Tuhan, hanya saudara sendiri dan Tuhan. Kalau saudara tidak makan dan minum, puasa, kelihatan wajahnya pucat dan mulai kurus. Tapi kalau saudara tidak baca Firman Tuhan, tidak kelihatan, padahal rohani saudara semakin kering. Dan Firman Tuhan tidak lagi bisa menegur dan berbicara dalam hati kita, yang tahu hanya saudara dan Tuhan. Banyak orang tidak memahami, tetapi Daud mengerti isi hati Tuhan karena dia berusaha memahami seluruh kebenaran Firman Tuhan dalam hidupnya. Dan inilah yang dilakukan oleh Martin Luther. MARTIN LUTHER pada tahun 1514, menjelang hari reformasi, ia adalah profesor muda yang berbakat, memiliki kuasa dalam mengajar, setiap mengajar, menarik bagi murid2nya. Tetapi ketika ia melihat kebenaran Firman Tuhan diinjak-injak, ia tidak bisa diam, dengan hati yang menggelora, dengan cinta yang begitu besar pada Tuhan, ia berontak. Waktu uskup mengatakan menjual surat utang dosa dan ketika gemerincing uang berbunyi, saudara kita yang ada dalam pulgatori terhindar dari api penyucian. Jadi orang berlomba-lomba membeli. Bagaimana MARTIN LUTHER mempunyai hati yang menggelora? Karena Ia membaca Firman Tuhan dan meneliti, akhirnya tahu bahwa manusia dibenarkan hanya karena iman, karena itu ia memantekkan dalil itu di semua gerbang. Dan ia tahu bahwa dengan melakukannya itu, ia kehilangan gelar, profesi dan masa depannya. Bagi dia, ketika dia tahu itu, dengan hati yang mengasihi Tuhan, ia tidak rela kebenaran Firman Tuhan diinjak-injak, dia siap membayar harga.
Kita tahu apa yang MARTIN LUTHER kerjakan, walaupun ia harus dikucilkan, hal itu menjadi berkat besar dan disitulah awal dari reformasi.
Kadangkala kita tidak mengerti bagaimana maksud Tuhan, mengapa Ia sampai berani menempuh resiko yang begitu besar hanya untuk 1 orang di Gerasa. Saya baru belajar ketika melayani satu ibu. Ia baru meninggal kemarin karena pecah pembuluh darah. Ia bertobat dalam retret yang diadakan MRI Pondok Indah. Padahal retret tersebut sudah mau dibatalkan karena bentrok dengan retret GRII pusat. Tapi pada hari terakhir, ibu ini menerima Tuhan, ikut kateksasi dan mau dibaptis. Suami ibu ini juga sekarang rajin ke gereja setelah istrinya meninggal karena minggu terakhir sebelum istrinya meninggal ia berkata “ Sekarang kamu ikut ke gereja, supaya nanti kita bisa ketemu di sorga”
Kadangkala manusia tidak dapat memahami rencana Tuhan, kita berpikir kenapa Ibu ini tidak disembuhkan Tuhan? Tetapi Tuhan Yesus berkata, dalam hati, “
Jusak, my way is not your way” Tetapi keluarga yang ditinggalkan dikuatkan imannya, akhirnya segala kesulitan dan pergumulan yang saya alami menjadi relatif melihat pekerjaan Tuhan dalam ibu ini. Ini yang dilakukan TUHAN YESUS, ia melayani dengan hati, TUHAN YESUS melihat ada 1 orang di Gerasa yang butuh mengalami kasih Tuhan. TUHAN YESUS mempunyai kedaulatan, tapi bukan itu tujuan akhir, Ia ingin memanifestasikan kasih Tuhan buat 1 orang ini.
Menjadi pertanyaan buat kita, bagaimana sikap kita dalam pelayanan.
Pertama, apakah kita mempunyai kasih seperti yang Tuhan Yesus miliki. TUHAN YESUS mungkin memberikan kuasa dalam intelektual, dalam perdagangan, tapi apakah itu kita pakai bersamaan untuk memanifestasikan kasih yang Tuhan berikan pada kita. Bagaimana kita tahu bahwa dalam pelayanan kita tidak lagi memanifestasikan kasih Tuhan?
Ciri2 nya adalah ketika pelayanan itu sudah menjadi beban dan tidak memberikan sukacita. Itu tandanya kita tidak lagi melayani dengan hati yang mengasihi, tidak lagi melakukan pekerjaan di ladang Tuhan dengan hati yang mencintai seperti yang Tuhan lakukan kepada orang di Gerasa ini. Ketika pelayanan menghadapi kesulitan, pergumulan, bahkan harus mencucurkan air mata, kita merasakan beban dan penderitaan besar, kita merasa kita seharusnya tidak ada disini, saya dibutuhkan di tempat lain.
Kedua, bagaimana orang yang sudah mengalami kasih Tuhan tapi berpangku tangan dan tidak terlibat dalam pelayanan? Saya mengatakan bahwa orang seperti ini adalah orang yang tidak punya hati. Ketika orang di Gerasa ini diselamatkan dari keterhinaan dan kehilangan identitas, dia berkata “Aku akan ikut Tuhan” dan TUHAN YESUS suruh dia bersaksi bagi TUHAN YESUS di kota Dekapolis. Akhirnya , di kota Dekapolis, yang artinya sepuluh kota, dia menjadi berkat yang luar biasa.
Yang ketiga, buat orang yang sudah mengalami kuasa dan kasih TUHAN YESUS dinyatakan ,tetapi hatinya tidak tergerak. Mereka adalah seperti orang yang memiliki babi itu, yang menghitung2 kalkulasi dan bagi mereka kehadiran TUHAN YESUS menjadi kerugian besar, mereka marah dan mengusir TUHAN YESUS dari kota mereka, dari hidup mereka. TUHAN YESUS tidak memaksakan. “Lihat, aku mengetuk pintu, kalau engkau menerima, engkau membuka”, kalau tidak, TUHAN YESUS tidak memaksa. Dan saya percaya, kita yang hadir disini bukan seperti orang yang ketiga, yang kedua, tetapi seperti orang pertama yang begitu melihat dan merasakan kasih Tuhan, kita begitu tergerak dan terus menerus mencintai dan melayani. Biarlah kita mempunyai hati yang mencintai dalam melayani.
Mari kita berdoa.(27 Oktober 2002)