Siapakah Orang yang Beribadah
Yakobus 1:26-27
Dari seorang mendengar Firman sampai menjalankan Firman melewati beberapa langkah yang penting: 1. Rela menerima Firman yang didengarnya. Yesus mengatakan di Kapernaum: kau ada di sorga, tapi kau akan dicampakkan ke neraka, karena bila Firman yang kau dengar, mujizat yang kau saksikan dilakukan di Sodom dan Gomora, tentu mereka tidak dibinasakan. Jika dilakukan di Sidon, di tempat orang kafir, mereka pasti sudah meratap dan bertobat di hadapan Tuhan. Apa maksudnya? Celakalah orang yang sudah biasa mendengar Firman, menyaksikan pekerjaan Tuhan, hatinya tidak tersentuh. Namun ada orang yang begitu rindu, rela berjalan puluhan kilometer untuk mendengar Firman. Di Tiongkok, di masa komunis membakar, melarang orang membaca Kitab Suci, gereja-gereja di bawah tanah memandang Kitab Suci sebagai mutiara rohani, satu kitab dibaca secara bergilir sampai robek. 20 tahun silam, saya mendengar, seorang nenek yang berusia 80 tahun di Propinsi Henan berkata: “Tuhan, saya tidak bisa berkotbah, tapi saya bisa menyalin Alkitab dan membagikannya pada kaum muda yang tidak memilikinya” diapun melakukan hal itu. Suatu hari, dia merasa sedih sekali, karena uangnya sudah habis, Tuhan berfirman di hatinya: kamu masih bisa beli kertas dan tinta. Keesokan paginya, dia sadar apa yang Tuhan maksudkan, dia pergi menemui seorang dokter untuk menjual darahnya, dia memakai uang yang didapatnya untuk beli kertas dan tinta, menyalin Alkitab untuk dibagi-bagikan pada orang. Mengapa gereja di Korea begitu berkembang? Sewaktu perang Korea, mereka dididik oleh Tuhan, tiap pagi jam lima, orang-orang berdatangan ke gereja, berlutut dan berdoa di sana. Jadi, gereja bertumbuh karena dididik oleh Tuhan sendiri. Sekarang kita mempercayakan pendidikan teologi pada dosen-dosen yang sendirinya tidak berdoa, tidak mengabarkan Injil, hanya memindahkan pengetahuan di buku ke otak. Setelah murid-murid menyelesaikan pendidikan akademis, mereka berpikir: aku sudah jadi hamba Tuhan. Tidak ada yang berlutut, yang memberitakan Injil, yang menangisi orang lain, semangat mau memberi dirinya untuk orang kurang sekali. Jika kita tidak menyangkal diri, kita tidak bisa ikut Yesus. Mari kita mengoreksi hidup kekristenan kita, minta Tuhan kembali menguatkan kita, meneladani Anak Manusia yang inkarnasi, menjadi semakin mirip denganNya. Jadi, saat kita mendengar Firman, jangan kita menganggapnya sebagai pengetahuan saja, melainkan menerimanya sebagai Firman hidup yang menghidupkan, Firman Suci yang menyucikan, Firman Kekal yang memberi pengharapan. Orang yang rela mendengar Firman dan menerimanya pasti berbeda dengan orang yang mendengar Firman hanya untuk mengeritiknya. Setelah menjadi hamba Tuhan, saya tak lagi punya kesempatan mendengar kotbah dengan tenang, tapi Tuhan sudah memberi saya banyak kesempatan mendengar sejak umur 8 tahun, memperhatikan hamba-hamba Tuhan berkotbah dengan cara yang berbeda-beda, sikap mau menerima teguran, pengoreksian itulah yang membuat rohani saya terus bertumbuh, bahkan tidak layu atau mundur di masa tua. Puji Tuhan! 2. Merenungkannya. Berbahagialah orang yang merenungkan Firman Tuhan dan mengingatnya. Artinya, selain telinga kita mendengar, otakpun mengunyah. Karena Allah mencipta rasio kita juga memberikan kita kebenaran. Apa kaitan antara keduanya? Supaya pikiran manusia dipimpin, dikontrol, dikoreksi oleh kebenaran. Hanya manusia, satu-satunya makhluk yang bisa memikirkan kebenaran. Karena manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Allah adalah kebenaran, maka kita bisa memikirkan kebenaran yang Dia beri untuk mencerahkan, menunjukkan arah yang benar dan membawa kita kembali kepadaNya. Saya tidak tahu, berapa waktu yang kau pakai untuk merenungkan kembali Firman yang kau dengar di hari Minggu dan yang kau baca tiap hari? Alkitab mencatat “Tuhan memandang dari sorga, dari pagi sampai malam yang ada di dalam pikiran manusia adalah hal yang jahat, egois, tamak. Apakah orang Kristen juga seperti itu? Mari kita merenungkan Firman Tuhan, agar Firman membersihkan pikiran kita, mengoreksi hidup kita. 3. Mengimaninya. Ingat: faith comes by hearing. Memang, iman terdiri dari beberapa aspek: a. believe in, artinya: aku menaruh percayaku pada FirmanMu. b. aku menerima Firman ke dalam hidupku. Jadi, aku menerima Firman ke dalam diriku, aku juga mempertaruhkan diriku ke dalam Firman –mutual. Karena iman berarti trust, juga berarti understanding, surrender. Apa bedanya Abraham dengan kita? Kita punya Alkitab yang utuh, tapi kita tidak percaya padanya. Sementara Abraham, meski di zamannya belum ada Alkitab, tapi saat Tuhan mengatakan satu kalimat, dia pegang kalimat itu, saat Tuhan memberinya satu janji, dia pegang janji itu. Dia tidak pernah menentang, melupakan Firman Tuhan. Kata-kata Tuhan dia imani, itulah yang membuatnya justified by faith. Ingat: Firman yang tidak kita imani tak akan mengubah hidup kita. Bukan karena Firman tak berkuasa, melainkan karena kita menolak kuasa Firman. 4. Setelah kita menerima, memikirkan, mengimani Firman, kita bersaksi bagi Tuhan. Tapi sebelum kita bersaksi, hal yang terpenting adalah melakukan Firman. Karena iman tanpa kelakuan adalah mati adanya. Tidak ada satu kalimat Firman Tuhan yang kau laksanakan merugikanmu. Jadi, berbahagialah orang yang menjalankan Firman (ay. 25), life can never be perfect untill your love is shared to others. Tak seorangpun berkekurangan karena dia memberi perpuluhan, tak seorangpun dilupakan Tuhan karena dia mengingat orang terlebih dahulu. Dalil ini berasal dari Tuhan. Tuhan berfirman: Elia, pergilah ke Sarfat, tinggallah di rumah seorang janda. Apa tidak salah, seorang laki-laki disuruh tinggal di rumah seorang janda, bukankah hal itu akan menjadi gunjingan orang? Tuhan tidak pernah salah, Dia menguji si janda: berikan makanan buat Elia. Si janda mentaati, memakai minyak dan tepung yang sisa sedikit itu untuk membuatkan roti bagi Elia. Setelah Elia makan, dia pikir, dia dan anaknya tinggal tunggu mati. Tapi ketika dia ke dapur, dia melihat, minyak dan tepung masih tetap sebanyak itu. Bahkan selama tiga setengah tahun, dia tidak kekurangan tepung dan minyak. Inilah rahasianya: taat pada Tuhan. Mama saya menjanda saat dia berusia 33 tahun, dia bekerja keras untuk membesarkan 8 orang anaknya, tapi ketika kecil, saya sering melihat dia sering membawakan beras, minyak, gula untuk orang-orang miskin. Tuhanpun tak pernah membiarkan kami kekurangan. Karena Tuhan itu hidup, Amin? Mari kita belajar, mendengar, menerima, memikirkan, mengimani, menjalankan Firman, baru kita bersaksi. Jadi, do not talk too fast. But fast in listening, slow in talking. Apa yang harus gereja nyatakan pada dunia, dan apa yang dunia nantikan dari gereja? Firman. Firman yang dari mana? Yang keluar dari mulut. Mulut siapa? Orang yang sudah menjalankan Firman. Ingat! Religion lies on walk more than on talk. Di seluruh dunia, orang yang paling berani berdosa bukanlah kaum ateis tapi orang beragama. Karena mereka mendengar, mengaku dirinya beriman, tapi tidak melakukan apa yang mereka dengar, hanya mempermainkan agama. Maka ibadahnya palsu adanya. Yakobus melanjutkan pembahasan dengan what is the true devotional Christian, who are the true devotional Christians? 1. Mengontrol lidah, Peribahasa Tionghoa: chu shi jue duo yan, yan duo bi shi; Chu shi(to live on this earth), jue duo yan (you must not talk to much). Yan duo (talk too much) bi shi (that must be some fault); artinya: dalam pergaulan, jangan banyak bicara. Orang yang banyak bicara pasti melakukan banyak kesalahan. Apa yang menyulut peperangan di dunia? Apa yang membuat pasangan suami isteri tak bisa hidup dengan harmonis? Lidah. Kalau sudah marah, kata-katanya mulai ngawur: babi kau. Padahal yang kau kata babi itu suamimu, dengan berkata seperti itu, bukankah kau juga nyonya babi? Sungguh bodoh. Saat marah, kalimat-kalimat seperti itu sering keluar dari mulutmu, mungkin membuatmu merasa enakan, tapi pasanganmu mengingatnya puluhan tahun, artinya kau menabur benih perceraian. Lidah memang kecil tapi sangat berbahaya. Mengapa ratusan hektar hutan bisa terbakar? Mungkin karena ada orang membuang puntung rokok di tumpukan rumput kering, akibatnya, ratusan rumah dan ribuan hektar hutan terbakar, udara terpolusi, banyak orang yang mengalami gangguan pada paru-parunya. Begitu juga lidah yang tidak dikekang. Satu kalimat bisa membuat seorang dipenjara seumur hidup atau menghancurkan satu keluarga. Mari kita belajar bertanggung jawab atas kata-kata kita. Apa yang perlu kita stop? Mencaci maki orang. Karena manusia dicipta seturut peta teladan Allah, dia begitu terhormat, anggun, bernilai, jangan sembarangan mencaci maki, merendahkannya. Mari kita mengucapkan kata-kata yang konstruktif, bukan destruktif. Kata-kata yang merusak berasal dari iblis, membuat kita tertawan olehnya. 2. Jangan bersungut-sungut terhadap Tuhan. Kalau Tuhan mengizinkan kesulitan menimpa dirimu, terima saja. Setiap orang harus belajar. Belajar apa? Menerima kesulitan sebelum mencapai sukses, menerima kesulitan sebagai ujian dari Tuhan. Kita bersungut-sungut, tidak akan menyelesaikan masalah, marah-marah, gelisah, kuatir….. Juga tidak berguna, hanya menyatakan rohani kita yang begitu bodoh, dangkal dan kurang matang. Paulus berkata, ada semacam wanita, suka menggosip dari satu rumah ke rumah lain, karena dia kurang kerjaan. Dia juga menyinggung adanya wanita yang terus mendengar khotbah tapi seumur hidupnya tidak mengerti. Kedua-duanya tidak beres: yang satu telinganya tidak beres, sudah mendengar tapi tidak mengerti, yang lain lidahnya tidak beres, sudah tidak mengerti masih tak berhenti berbicara. Dua macam wanita ini merusak masyarakat dan gereja. Bukan maksud saya mengatakan, semua laki-laki bisa mengerti, ada juga laki-laki yang seperti perempuan, ada juga perempuan yang melebihi laki-laki. Barangsiapa tidak mengekang lidahnya mendatangkan malapetaka bagi keluarga, masyarakat, gereja dan negara. Mengenai hal ini, Yakobus membahasnya lebih rinci di ps. 2. Orang yang beribadah harus bisa menahan diri, waktu mau marah, mengomel, tahan sejenak agar tidak masuk jurang. Pendeta, Penginjil yang harus terus berbicara, apalagi saya, yang harus setiap hari berkotbah begitu panjang, tentu tidak mudah terluput dari kesalahan, perlu mengontrol lidah dengan baik, memilih kata-kata yang tepat, konstruktif, bertanggung jawab. Wang Ming Tao berkata: jangan mengatakan sesuatu yang tak ada buktinya. We are Godly man, so stop talking something useless. 3. tidak mengumbar janji. Ada orang yang berupaya membuatmu berjanji, lalu mengikatmu dengan janji itu. Jadi, jangan mengumbar janji, membela orang atau menjamin orang. Semua ini adalah ajaran Alkitab. Stop mulut kita dari mengumbar janji pada sesama atau pada Allah. Karena Allah ada di sorga, kau di bumi, hendaklah kau tidak mengumbar janji. Kalau kau sudah berjanji, jangan lupa merealisasinya (Pkh.3). Jangan main-main denganNya. Apa maksudnya jangan banyak bicara? Ada banyak point yang kita dapatkan dari Alkitab: jangan mengucapkan kata-kata kotor; kasar, karena kau sudah dididik oleh Firman, jadilah orang yang kata-katamu dirindukan, dinanti, dipercaya orang. Waktu Yesus disalib, ketujuh kalimat yang Dia ucapkan menyatakan mutu, karakter yang begitu agung. Peribahasa Tionghoa mengatakan yi yan yi chu, si ma nan zhui; satu kalimat yang terlanjur diucapkan, empat kudapun tak sanggup menariknya kembali. Saya perintahkan semua orang di GRII: jangan sembarangan berbicara. Karena itulah tanda pertama dari orang yang takut pada Allah. Ay. 27 mengandung dua unsur ibadah yang besar sekali: murni dan tak bercacat di hadapan Allah. Apa artinya? Banyak orang beragama hanya beribadah di hadapan manusia: waktu dilihat orang, dia giat, waktu tidak dilihat orang, dia malas, Padahal hal yang terpenting adalah: mengerjakan segala sesuatu di hadapan Allah, dilihat, dinilai oleh Allah. Geneve seal adalah satu cap yang dibubuhkan di balik arloji, setelah arloji itu terbukti memenuhi dua belas kriteria yang begitu ketat. Di Switzerland ada 8400-an merk arloji, di antaranya tidak sampai 20 merk yang memperoleh Geneve seal. Mengapa mutu arloji diawasi begitu ketat? Hanya satu sebab: semangat Reformed theology: I do everthing faithful to God, I do everything at the best, for the glory of God: solideo gloria. Jadi Reformation is not a play, itu sebabnya, GRII tidak main-main. Siapakah orang yang beribadah? Orang yang mruni dan tak bercacat di hadapan Allah. Apa yang mereka lakukan? 1. mengunjungi (terjemahan lain: merawat, memelihara) janda dan yatim piatu. Waktu kau berkunjung, kau sering bertanya “apa kabarmu?” jawaban apa yang kau inginkan? Baik. Lalu kau menjawab: Puji Tuhan dan kemudian pergi. Perhatikan: jangan mengunjungi orang hanya untuk berbasa-basi, saat orang betul-betul butuh bantuan, kau harus siap membantunya. Apalagi para yatim piatu, janda yang sudah bekerja setengah mati tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Siapakah orang kaya? Orang yang selalu merasa dirinya cukup, dan masih bersedia membantu orang. Siapakah orang miskin? Sudah punya banyak uang masih ingin merampas milik orang. Di zaman ni, saat masih banyak orang hidup di dalam kesusahan, marilah kita terjun ke masyarakat, membantu mereka yang sungguh-sungguh perlu dibantu. Jadilah orang yang kaya dalam pengertian rohani, kematangan jiwa, karakter, betul-betul memuliakan Tuhan. 2. Menjaga diri tidak terpuruk ke dalam dosa. Ada orang yang kelihatannya begitu mencintai janda, ternyata sambil membantu sambil minta imbalan: melakukan hubungan seksual dengannya. Ada juga yang mencintai anak-anak piatu sambil mempermainkan mereka, seperti Michael Jackson, kelihatannya dermawan, ternyata hanya memberi sedikit sedekah guna mengail nama besar: pujian orang, di balik itu justru melakukan dosa. Ayat ini betul-betul tepat: memelihara para janda, piatu, tapi juga menjauhkan diri dari cacat cela nafsu dunia. Inilah ibadah: melakukan kebajikan, memberi sedekah tanpa minta imbalan: tanpa pamrih, berbuat bajik tapi tetap memelihara diri dalam kesucian. Biar Tuhan menjadikan kita a true Christian, a godly man, a devotional Christian. Baca ay. 26-27 dengan rasa takut pada Tuhan dan bertanggung jawab padaNya. Puji Tuhan!
(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah --EL)