Wahyu 3 : 14 - 22
Surat terakhir dari rangkaian surat yang Tuhan kirimkan pada tujuh jemaat ditujukan pada jemaat Laodekia. Kita percaya, ketujuh jemaat itu sudah mewakili semua jenis jemaat, Bagian ini memperlihatkan teguran dan pujian yang Yesus Kristus berikan begitu pas dengan keadaan kondisi spiritualnya maupun kondisi fisik jemaat yang terletak di kota Laodekia yang unik: air di sana bermuara dari Herapoiis — sumber air panas, sesampainya di Laodekia, airnya sudah tidak panas juga tidak dingin — suam suam kuku (bangsa Inggris: luke warm). Bagi rasul Yohanes, maupun bagi Tuhan, jemaat yang orang Kristennya tidak dingin juga tidak panas sangatlah merepotkan. Karena untuk orang yang betul-betul dingin, kita bisa melakukan sesuatu. Contoh: untuk orang Ateis yang sama sekali tidak tertarik akan urusan religius. kita masih bisa berharap Tuhan menangkan, bahkan mengubahnya fully devoted to Christ. Sementara orang yang merasa dirinya mediocre; tidak brengsek, juga tidak sangat suci sering merasa sell satisfy (puas yang negaiif), tidak punya hidup yang fully devoted. Bagaimana reaksi Tuhan? Menarik sekali, bukan marah, juga bukan sedih, melainkan: muak, sampai ingin memuntahkannya. Karena undevoted Christian hatinya bercabang. Di kitab Injil ada perumpamaan tentang orang yang menjual segalanya guna mendapatkan mutiara yang berharga: Kristus dalam segala kepenuhanNya. Bersediakah kita meninggalkan segalanya guna memperoleh berkat Tuhan yang penuh; berkat rohani? Saya yakin, banyak kali, kesulitan yang mendasar, yang ada di dalam kekristenan, bukan karena orang Kristen tak punya bakat yang cukup, tak punya kesempatan studi melainkan bercabang hati, Kristus hanya dijadikan salah satu dalam kehidupannya: tak berani mengatakan dirinya tidak percaya Yesus, Tapi Kristus tidak betul-betul menguasai semua aspek hidup kita, sehingga kita tidak menjadi orang Kristen yang dipakai Tuhan secara maksimal. Pendek kata, kita dingin; menyegarkan. Juga tidak panas; berkemampuan menegur, membawa orang bertobat. Hidup kita memang belum sempurna. Kita berada di dalam satu tension: di satu sisi kita sudah diselamatkan, di sisi lain, belum mengalami konsumasi. Salah satu problem yang membahayakan hidup Kristiani kita adalah: pengenalan diri yang tidak tepat. Orang yang rendah hati bukan orang yang dimintai pelayanan selalu mengatakan: saya nggak bisa, orang lain lebih baik. Musa pernah berkata seperti itu, dan membuat Tuhan marah. Kalau dia rendah hati, mana mungkin Tuhan marah padanya? Allah marah, karena statement itu adalah manifestasi dari kecongkakan yang terselubung. Karena setelah kita menolak dengan kata: tidak bisa, orang tentu akan menghiburmu, memberimu encourage, saat itu, kita bukan Kristus yang menjadi pusat. Itu bukan konsep rendah hati yang benar. Rendah hati itu menilai diri dengan tepat; tidak lebih juga tidak kurang. Dasar dari penilaiannya adalah penilaian Tuhan, Karena Tuhanlah yang betul-betul mengerti kita secara pas. Seseorang pernah berkata: Tuhan, saya telah membaca firmanMu, sekarang, saya minta Tuhan membaca diri saya. Ada banyak orang membaca firman Tuhan tapi tidak membaca dirinya sendiri, akhirnya pengetahuan yang dia miliki bukan pengetahuan reflektif yang dikaitkan dengan diri, melainkan pengetahuan yang bersifat eksternal. Jadi, kita perlu belajar membaca firman Tuhan, juga membaca diri sendiri. Pada dasarnya, manusia tidak suka mengenal dirinya sendiri. Karena kita berada di dalam kerusakan dosa. Pernahkah anda dttegur orang? Saya mendapati, teguran yang benar terasa lebih sakit ketimbang teguran yang tidak benar. Karena teguran yang benar, apalagi yang mengena pada kelemahan yang sedang kita gumuli, bagaikan menyentuh borok, sangat menyakitkan. Lalu, apa yang kita lakukan? Membuat seribu satu rasionalisasi: bukan, bukan begitu, kau salah mengerti — coba membangun benteng excuse. Rasionalisasi bisa bermacam-macam bentuknya, salah satu yang paling mengerikan: sibuk melayani. Jadi, sibuk melayani kita pakai untuk menutupi kerapuhan diri, membangun self image yang nampak di luar, tidak mentransformasi hidup yang di dalam, Inilah problem kita; orang yang hidup di dalam dosa: tidak suka mengenal dirinya sendiri, lebih suka membangun image yang lebih tinggi dari apa yang seharusnya. Di Alkitab tertulis, jangan orang menilai diri lebih dari yang seharusnya. Jemaat Laodekia sangat bermasalah, karena mereka tidak rela mengenal diri apa adanya, malah membius diri, menganggap diri sudah cukup mantap. Kemarin, dalam pertemuan dengan Pdt. Stephen Tong, kami diingatkan, sebagai orang Kristen, kita harus selalu memikirkan segalanya dari titik awal; sesuatu yang belum kita kerjakan, bukan apa yang sudah kita kerjakan. Karena saat kita memikirkan apa yang sudah kita kerjakan, kita merasa self satisfy, padahal sang Amin yang bisa menilai dengan tepat, Saksi yang setia dan benar menyatakan kita belum mencapainya. Itu berarti kita menipu diri. Maka di sini, Tuhan Yesus yang Mahatahu, memberi teguran yang keras, ay. 16, I am about (maksudnya ditahan-tahan] to spurt this out, kalau kau tidak bertobat, Aku akan (bukan langsung) memuntahkanmu. Saya sangat kagum akan sikap Tuhan Yesus terhadap jemaatNya yang sudah begitu corrupt: menahan; menunggu mereka bertobat. Menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang panjang sabar, betul-betul mau menanggung kelemahan jemaatnya, itu sebabnya Dia berhak menegur mereka. Pada umumnya, orang menegur karena: eksistansinya terusik, misalnya saya melihat orang ini tidak benar, saya jengkel. Atau bisa juga karena iri terhadap sesuatu yang dia buat. Artinya kita menegur bukan demi kebaikan orang itu tapi demi diri sendiri — teguran yang egois, yang kurang mulia. Teguran yang mulia adalah menegur demi kebaikan orang itu, kita sendiri bersabar, paling sedikit bersedia mendoakan dia. Karena menegur itu gampang: bisa kita lakukan begitu saja, tapi mendoakan agak susah: tidak ada yang tahu, bahkan orang itupun tidak tahu, kita perlu sabar, menan-tikan perubahan terjadi dalam dirinya. Inilah salah satu hal yang paling sulit kita lakukan: berdiam diri, menantikan Tuhan, Tuhan menjadi teladan yang sempurna, karena Dia menegur juga menyatakan kebesaran kasih dan kesabaranNya.Tuhan menganjurkan Jemaat Laodekia membeli emas yang telah dimurnikon: keselamatan yang sejati, hidup yang diuji oleh Tuhan sendiri, Agar hidupmu jadi kaya; mengalir keluar, membawa berkat bagi orang. Juga mengenakan pakaian putih — asesoris hidup bukan asesoris yang nampak di luar, juga bukan asesoris religius. Karena di mata Tuhan, religius yang hanya berupa asesoris bagaikan pakaian compang camping bahkan digambarkan di sini sebagai satu ketelanjangan. Berikutnya, minyak untuk mengulas matamu, supaya. kau dapat melihat. Melihat apa? Keadaan kita yang sesungguhnya di hadapan Tuhan.Tanpa minyak, kita tidak bisa menilai diri dengan tepat, Kalau tidak bisa menilai diri dengan tepat, mana mungkin bisa menilai orang dengon tepat? Tuhan Yesus memberi ajakan di ay. 20, Dia menginginkan menjalin relasi yang intim dengan kita. Kita lebih suka independen dari Tuhan atau menyertakan Dia dalam seluruh aspek hidup kita? TANYA JAWAB: Pdt. Dr. Stephen Tong
T: apa arti kunci Daud di Why.3:7-8?
J: Daud adalah teolog terbesar di sepanjang sejarah. Karena dia adalah orang yang paling mengerti isi hati Tuhan. Perhatikan: Daud adalah orang pertama di dalam sejarah yang mengerti Krislologi lebih dari siapapun, menjadi sumber inspirasi bagi semua teolog bahkan sampai hari ini. Abraham, Musa.... tidak tahu: Allah mempunyai Anak tunggal, Anak Allah dilantik menjadi Raja diatas segala raja, Anak Allah akan mati di atas kayu salfb, akan dijual 30 keping perak, akan ditusuk kaki dan tanganNya, Daud tahu. Pengertian Kristologi Daud begitu tepat, bagai menjamah isi hati Tuhan sampai ke titik pusat pikiran Allah yang paling dalam. Maka kata Tuhan, jangan pilih Saul, Aku sudah menyiapkan seorang yang berkenan di hatiKu menjadi rajamu, Daud punya tujuh orang kakak, semua mereka berperawakan tinggi besar, paras yang ganteng, tapi Tuhan memilih yang bungsu, yang menurut perkiraan orang tak punya apa-apa, padahal dia adalah orang yang belul-betul mengerti isi hati Tuhan. Memang Daud punya kelemahan: berzinah, menyakiti hati Tuhan; tapi Tuhan tetap memakai dia menjadi nabi. membicarakan Kristus lebih dari siapapun. Kunci Daud adalah Kristologi, kunci Kristologi adalah iman Kristen yang didasarkan pada injil; kematian dan kebangkitan Kristus. Lewat Kristus yang diberi nama atas segala nama, kita berpaling pada Allah, yang melampaui semua penguasa — kunci di dalam kunci.
T: setelah kita mati dan sebelum dibangkitkan, di mana kita menunggu? (saat itu kau akan tahu sendiri). Dimanakah orang-orang tidak percaya menunggu penghakimannya?
J: dimanakah sorga, sorga itu status atau tempat atau perasaan yang nikmat? Ketiga-tiganya. Sorga adalah tempat rohani, yang tidak dilokalisasi oleh konsep fisik. Misalnya, kalau saya tanyakan pada pak Arsyid "adakah kau mencintai isterimu?" "Ya". "dimana kau letakkan cinta terhadap nyonyarriu?" Tak seorangpun mengatakan pada kekasihnya, aku mengasihimu sampai sedalam-dalamnya ususku atau paru-paruku, melainkan jantung hatiku, karena jantung hati ada center point. Permisi tanya, setelah seorang melakukan transplatasi jantung, mungkinkah cintanya berpindah pada isteri orang? Tak ada bukti medis. Jadi, cinta itu ada atau tidak? Ada. Dimana? Di cinta situ. Situ itu di mana? di situ. Inilah soal yang tidak bisa dijawab oleh ilmiah, fisika, kimia, karena itu adalah urusan rohani. Jadi, setelah seorang mati, dia ke mana? Ke situ. Situ itu mana? Situ. Di situ ada apa? Tuhan yang menunggumu. Kalau kau belum diselamatkan, kau ke mana? Ke sana. Sana itu di mana? Sana, dimana tidak ada Tuhan, yang ada hanya kebencian, kedengkian, penyesalan yang tak habis-habisnya. Tahukah saudara, apakah satu-satunya pekerjaan di sorga? Terus menerus bersyukur sambil menyadari, betapa limpahnya anugerah Tuhan, jauh dari apa yang kita imajinasikan. Orang yang bisa bersyukur, dia memegang kunci bahagia. Perhatikan : smiling is the cheapest investment. Thanksgiving is the key of happiness. Willingness is the power to bare the burdens. Setelah mati, kita ke mana? Menurut Fil.l:23, orang Kristen akan directly with Christ. Di mana? Di situ. Situ itu di mana? Situ. Lokasi secara materi tidaklah penting. Yang penting, kita berada di pangkuan Abraham, berjumpa dengan Kristus. Bagai-mana dengan orang yang belum diselamatkan? Mereka ditahan, menanti hari penghakiman yang terakhir; tak bisa luput darinya.
T: bagaimana interpretasi I Tim.2:12 tentang perempuan tidak diizinkan mengajar di dalam pertemuan jemaat?
J: Gereja Reformed pada saat sangat terkecuali. ada wanita yang pengajarannya betul-betul diandalkan boleh berkhotbah di mimbar, Kami tidak mutlak melarang, tapi bila tidak dibutuhkan, tidak berkhotbah di mimbar. Apakah berdasarkan ayat itu? Sebenarnya Paulus menuliskannya dua kali, ayat itu, dan: "aku tidak mengizinkan perempuan berkhotbah". Bahasa asli dari berkhotbah maupun mengajar: didoche, terdiri dua macam: 1. memberi informasi. 2. menegakkan doktrin. Saat itu, ada perempuan berkhotbah di Korintus, Epesus, di Kolose, saat ditanya. khotbahmu berasal dari mana? Hanya dua jawaban: P.L. atau Tuhan mewahyukannya padaku. Tapi setelah 27 kitab P.B. lengkap, terbukti tak ada wanita yang mendapatkan wahyu, terbukti bahwa wanita yang pernah mengatakan "aku mengajar, karena aku mendapat wahyu" itu berbohong. Paulus tahu akan hal itu, maka katanya, aku tidak mengizinkan perempuan mengajar di depan umum. Itu berarti Tuhan memakai Paulus mencegah masuknya pengajaran yang tidak beres ke gereja. Karena gereja dididirikan di atas rasul dan nabi (dua jabatan itu muncul bersamaan hanya tiga kali: I Kor.12, Ef.2:20, 4:11), urutannya selalu rasul, nabi. Padahal seharusnya nabi dulu baru rasul, karena nabi ada di P.L, rasul di P.B. tapi mengapa Alkitab menuliskan, gereja didirikan di atas rasul dan nabi, dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru? Karena tanpa P.B., kita tak mungkin mengerti nubuat para nabi di P.L.. Itu sebabnya, rasul lebih penting dari nabi, karena rasul menerima panggilan langsung dari Tuhan Yesus, hidup bersama dengan-Nya, menuliskan injil dan interpretasinya setelah mereka punya hubungan pribadi dengan Kristus. Sementara nabi. hanya memandang dari jauh, menubuatkan kedatangan Juruselamat. Mengapa orang Israel tidak bisa menerima Yesus? Karena mereka menerima nabi tapi menolak rasul. Apakah selama-lamanya perempuan tidak boleh berkhotbah? Tidak. di I Kor.11:5, saat wanita berkhotbah atau bernubuat (bukan mengatakan sesuatu yang belum terjadi, melainkan to be the spokesman of God, who wants to speak to His people through the anointed person harus menudungi kepalanya tanda taat. Artinya saat perempuan berkhotbah atau berdoa, dia harus memelihara chain of authority: Allah adalah kepala dari Kristus, Kristus adalah kepala gereja, pria adalah kepala wanita. Mengapa di antara semua surat Paulus hanya kepada jemaat Korintus dia berkata: wanita harus mengenakan tudung kepala? Karena di Korintus ada satu adat istiadat, wanita yang baik menudung kepalanya. Maka Paulus hanya menganjurkan hal itu pada wanita di Korintus, bukan pada wanita di Kolose, Epesus.....
(Ringkasan khotbah ini belum dlperiksa oleh pengkhotbah —EL)