Taurat Allah : Taurat yang Sempurna
Yakobus 1:22-25
Minggu lalu kita sudah membahas: Orang Kristen bukan hanya menjadi pendengar Firman tapi juga pelaku Firman. Berbahagialah orang yang melakukan Firman. Karena mereka membentuk, menyempurnakan diri di dalam rencana Allah. Dengan apakah Tuhan menyempurnakan rencanaNya di atas diri kita? Firman! Kalau kita tidak suka mendengar omongan siapapun tidak masalah. Karena memang, banyak omongan yang tidak masuk akal, salah, tidak bermutu. Jadi, jangan menaruhkan semua perkataan orang di level yang sama, tapi amati dengan baik: kapan kita harus membuka telinga, kapan kita tidak perlu membuka telinga. Saat anak-anak tidak mau mendengar kita, jangan dulu persalahkan mereka, karena orang tua yang tidak mau belajar, hanya terus menerus mengomel, membuatnya jengkel. Saya tidak pernah berani menyalahkan seseorang dengan sembarangan, tetapi saat anak yang genius, yang penuh pengertian terus menerus dikuliahi hal-hal yang salah, lalu dia memberontak, saya membela dia. Mengapa? Karena orang tuanya tidak tahu bagaimana menjadi orang tua yang dihormati. Pendidik harus punya pengertian yang lebih tinggi dari orang yang dididiknya. Orang yang mau menasihati orang juga harus mengerti persoalannya secara akurat, punya data yang bisa dipercaya. Alkitab menyetujui orang yang dinasihati membela diri: jangan biarkan kebajikanmu difitnah orang. Tapi bagaimana dengan Firman Tuhan? Ulang: bodohlah kau, kalau kau tidak mau pasang telinga mendengar, tidak mau taat pada Firman, Karena tidak ada hal yang lebih tinggi, lebih bijak daripada kebenaran Tuhan, wahyu yang tertulis di Kitab Suci. Mungkin kau bertanya: Apakah mendengar Firman sama dengan mendengar khotbah pendeta-pendeta atau tidak? Tidak sama. Khotbah dari pendeta-pendeta yang mempelajari Firman Tuhan dengan baik patut didengar, tapi khotbah dari pendeta-pendeta yang memanipulasi, membengkokkan Firman Tuhan demi keuntungan diri tidak perlu didengar. Gereja ini mendidikmu, bukan mendidikmu menjadi budak yang mendengar omongan semua orang. Kita harus tahu menolak omongan yang tidak bermutu dengan sikap yang sopan. Namun, kebenaran yang otoritatif, yang akurat, yang memberimu manfaat, mempertumbuhkan imanmu harus kau dengar.Firman Tuhan itu seperti apa? Disini ada dua kalimat penting yang membuat kita mau mendengar dan melakukan Firman. Taurat itu sempurna.. Taurat itu membebaskan manusia. Itulah mutu Firman Allah, jauh melampaui semua perkataan yang ada di dunia: 1. the perfect law of God 2. the law which set you free. 1. The perfect law of God : Jangan lupa, surat Yakobus ditulis oeh salah seorang adik kandung Yesus secara jasmani, dia menujukan surat ini kepada kedua belas suku yang berpencar di mana-mana tempat, yaitu orang-orang yang tahu Taurat, sebab sejak usia 5 tahun, setiap tahun, mereka paling sedikit menerima pelajaran agama sebanyak 268 jam. Yakobus mengingatkan mereka: Taurat itu sempurna adanya. Mengapa dia berkata seperti itu? Karena semua rencana Tuhan mendidik manusia, tak ada satupun yang Dia lupa tuliskan di Alkitab. Allah tidak seperti manusia, setelah mengutarakan apa yang sudah dia tulis pada orang, masih ada saja yang terlewati, yang mungkin membuat orang salah mengerti. Paulus berkata di Troas: mengenai kehendak Tuhan, tak satupun yang tak kuberitahukan padamu. Menandakan bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab, betul-betul teliti dalam menyampaikan Firman Tuhan. Kata Paulus, segala sesuatu yang berkenaan dengan hidup dan ibadah sudah diwahyukan pada kita di Kitab Suci. Ada pendeta-pendeta suka mengatakan: Christ is the answer, Bible is the answer, tapi mereka tidak menjelaskan jawaban untuk masalah apa. If you do not know what is the question, how can you point out what is the answer. Alkitab menjawab semua masalah hidup dan ibadah kita. Itu sebabnya saat kita menemui kesulitan hidup, jangan segan, takut untuk mencari jawaban di Alkitab, kau akan menemukan, tidak ada satu perkara yang tidak ada jawabnya di Alkitab. Maka hidup, cara kerja, cara berpikir, cara mengembangkan kebudayaan dari bangsa, masyarakat yang tidak menghormati Kitab Suci pasti berbeda dengan mereka yang menjunjung tinggi Kitab Suci. Kata Yakobus: Taurat itu sempurna, karena Allah mengerti semua kesulitan, semua potensi dan perkembangan manusia. Dia memberi kita Alkitab untuk memberi inspirasi, stimulasi pada kita. Maka di negara mana gereja Reformed, teologi Calvinisme berada, negara itu menjadi negara yang paling maju, paling merdeka, paling punya ikatan konstitusi, para pemimpinnya paling demokratis. Maka kita mendirikan GRII bukan sekedar mengisi kebutuan orang yang di hari Minggu tidak tahu harus pergi ke mana, melainkan karena kami punya mandat budaya, mandat politik, mandat sosial, mandat ekonomi, maka gereja ini akan terus berkembang menjadi berkat, mengubah seluruh masyarakat. Mimbar Kristen, khusunya mimbar Reformed Injili Indonesia, menjadi pedoman kepada pemimpin-pemimpin poitik, suara hati nurani pemimpin partai. Karena Firman yang sempurna, tak kekurangan apapun, sanggup menjawab semua masalah hidup gerejawi, hidup di masyarakat, hidup pribadi, hidup politik, hidup ekonomi dan sebagainya. Maka dengarlah Firman Tuhan. 2. Firman Tuhan memerdekakan. Orang karismatik menafsirkan merdeka sebagai tepuk tangan, berjatuh-jatuhan. Padahal yang dimaksud dengan merdeka adalah merdeka dari pikiran kolot, ideologi yang membelenggu. Hidup manusia dibelenggu oleh begitu banyak hal. Salah seorang famili saya, sebelum bepergian ke Asia, diinjeksi ini and itu dulu, karena terus dibayangi rasa takut ini dan itu , tak pernah merasa tentram. Tapi saya, bisa pergi kemanapun dengan bebas. Mengapa di usia enam puluhan tahun, rambut saya masih cukup hitam? Karena tidak ada rasa stres atau tekanan yang terlalu berat dalam hidup saya. Mengapa bisa begitu? Saya sudah menyerahkannya pada Tuhan, menikmati kemerdekaan yang tidak dinikmati orang: bebas dari rasa takut mati, takut letih, takut…. Menikmati hidup yang tenang. Kalau pendetamu bisa melewati hidup semacam itu “setiap hari naik pesawat, berganti-ganti tempat tidur, menyampaikan khotbah pada pendengar yang berbeda usia, kebudayaan, bahasa” artinya: bisa beradaptasi dengan cepat, andapun bisa. Siapa yang sanggup memberi kekuatan seperti itu? Hanya satu: Firman Tuhan yang sempurna dan memerdekakan. I. Renungan Upacara Baptisan Dewasa; adalah satu kesaksian orang Kristen yang dia lakukan di hadapan jemaat, dunia; orang kafir, malaikat dan setan, atas inisiatifnya sendiri, dia dibaptis, bukan karena dipaksa, dirayu, diiming-imingi janji-janji kosong, melainkan karena meyakini kewajiban dirinya. Tentu, sedikit sekali orang yang menyadari hal-hal yang benar dan bermutu. Seperti kata Yesus: pintu sorga itu sempit, jalan yang menuju ke sanapun kecil, sedikit pula yang menemukannya, tapi jalan itu membawa kita pada hidup yang kekal. Di abad ke 1, kekristenan dimulai di wilayah Kerajaan Romawi: semua penduduk beserta kepunyaan mereka adalah milik Kaisar. Itu sebabnya, tak boleh ada tuan lain selain Kaisar: mereka harus menyebut Kaisar sebagai my Lord, my Master; Tuhan yang memilikiku, yang berkuasa atas hidupku, aku hanya bersujud padamu, Kaisar Romawi. Maka tak heran, kedudukan Kaisar menjadi incaran jendral-jendral, apalagi saat seorang kaisar meninggal, karena kuasa kaisar begitu besar. Memang, ada beberapa Kaisar yang baik sekali, tetapi kebanyakan mereka kejam dan biadab. Di dalam keadaan seperti itulah, Paulus memberitakan Kristus, sebagai Tuhan. Artinya, dia memberitakan Injil dengan mempertaruhkan nyawa, dia bisa dituduh sebagai pelanggar hukum Romawi.: pengkhianat negara, karena dia menghasut orang mengaku Yesus sebagai Tuhan. Begitu juga orang-orang yang mendengar khotbah Paulus, mau mengaku Yesus sebagai Tuhan, kepala mereka juga terancam dipenggal. Tapi kita menyaksikan satu perkara: di masa itu, saat Tuhan mengizinkan orang Kristen mengalami penganiayaan, kesulitan, justru ada ratusan ribu orang bertobat. Paulus sendiri pernah dua kali dicambuk sebanyak empat puluh kurang satu cambukan, dengan cambuk orang Romawi yang di ujung cambuknya dipasang duri-duri yang terbuat dari metal, yang akan mengoyak-ngoyak tubuh. Tapi dia tetap mengabarkan Injil, semangat itulah yang membuat kekristenan tetap berada sampai sekarang. Hari ini, kalian yang akan menerima baptisan atau atestasi harus mengadopsi semangat orang Kristen di abad pertama itu. Minggu lalu, di Kuala Lumpur, saya melihat Michael Densmoor hadir di ekpositori yang saya pimpin, saya panggil dia naik ke mimbar dan bertanya padanya “mengapa kau berada di Malaysia?” dia mengucapkan beberapa kalimat yang sangat mengharukan “waktu saya masih di Chicago, seorang teman mengajak saya ke Indonesia. Saat di Indonesia, hati saya hancur, karena di Indonesia, ada ratusan juta orang belum pernah mendengar Injil Kristus, maka saya memutuskan untuk memberitakan Injil di Indonesia”. Mengapa kau punya beban yang begitu besar untuk penginjilan?” Seharusnya tidak seorangpun mati dengan keadaan tidak pernah mendengar nama Yesus barang satu kalipun. Hari ini, saya membawa seseorang yang sudah dilatih di Sunda untuk menjadi misionari Malaysia”. Saya merasa sangat malu, Michael yang ikut kebaktian di GRII begitu mencintai orang Sunda, tapi di antara jemaat GRII tak seorangpun seperti dia, mau mengabarkan Injil di Sunda, bahkan di Malaysia, tempat-tempat yang sangat sulit. Di abad pertama, Paulus mengabarkan Yesus sebagai Tuhan, ada banyak orang yang harus mati karena Injil yang mereka terima. Adakah Paulus membahagiakan mereka? Membahagiakan mereka secara sorgawi bukan duniawi: beroleh hidup yang kekal yang Allah janjikan. Hari ini adalah hari bahagia, dimana anda: bersaksi di hadapan orang Kristen, jemaat, orang dunia, orang kafir, setan yang tidak menyukai keputusanmu, malaikat yang bersukacita, menyambut keputusanmu dengan sorak-sorai, bahwa anda memutuskan dari kedalaman hati anda: mulai hari ini menjadi pengikut Kristus, memuliakan Tuhan, dalam sepanjang hidupmu. II. Renungan Upacara Baptisan Anak; Hari ini, ada orang tua yang membaptiskan anaknya. Memang, orang tua diberi hak oleh Tuhan untuk memelihara anak yang Dia cipta, tapi dilahirkan lewat pernikahan kita. Jadi, anak kita lahir karena anugerahNya. Bahasa Inggris menyebutnya: a child is born into our family --konsep anugerah; seorang bayi diserahkan, dipercayakan ke dalam keluargaku. Jadi, aku bukan sumber dari kelahiran anakku, meski secara fisik, anak lahir lewat rahim ibunya. Lalu apa tugas kita pada anak-anak kita? Kita menyadari, mereka bukan milik kita, mereka adalah milik Tuhan yang Dia titipkan pada kita, maka kita perlu menyadari: kelak kita harus mempertanggung jawabkannya pada Tuhan. Jadi, saat anakmu tidak beres, jangan dulu mempersalahkan dia, tapi tanyalah pada dirimu dulu: sudahkah saya membawa dia pada Tuhan, sudahkah saya menjadi contoh baginya, memberi dia petunjuk untuk hidup di hadapan Tuhan? Orang tua bukan hanya tahu mencari uang lalu menelantarkan anaknya, melainkan harus jadi pendoa syafaat bagi anak-anaknya, menjadi teladan hidup mereka, sehingga sejak mereka kecil, mereka dididik olehmu, bukan tunggu mereka masuk sekolah, dididik oleh orang lain. Karena Allah mempercayakan anak itu kepadamu –orang tuanya. Orang tua juga senantiasa siap menjawab pertanyaan anak dan memberi nasihat, petunjuk padanya, mengamati perkembangan pikirannya, pergaulan sosialnya, mengoreksi kesalahan yang kita temukan. Gereja-gereja Pantekosta, Karismatik, Sidang Jemaat Allah…. Gereja-gereja beraliran non-tradisional Prostestan, Reformed Radikal dan sebagainya tidak membaptiskan, dengan dalih: 1. satu kalimat dari Alkitab: percaya dan dibaptis, maka kau akan selamat. Tapi mereka melalaikan kalimat berikutnya: yang tidak percaya akan binasa, yang mengindikasikan penekanan ayat tertentu bukan pada soal dibaptis melainkan soal iman.Sementara iman yang sejati bukan berasal dari manusia, melainkan dari Tuhan. Memang mereka tidak membaptis anak, tapi mereka mempersembahkan anak. Permisi tanya, dengan dasar apa mereka melakukan hal itu. Karena kita mempersembahkan diri pada Tuhan, menjadi hambaNya saat kita sudah diselamatkan. Lalu mengapa mereka mempersembahkan anak yang belum beriman? 2. apa jadinya kalau saat dewasa nanti mereka meninggalkan Tuhan. Bukankah lebih baik tunggu mereka dewasa, sudah bisa bertanggung jawab baru dibaptis? Permisi tanya, apakah orang dewasa yang dibaptis tidak mungkin murtad? Faktanya: bukan saja mungkin bahkan lebih banyak jumlahnya dari mereka yang dibaptis pada masa anak-anak. Karena anak kecil yang dibaptis masih punya belasan tahun untuk dididik. Dan orang tua yang takut pada Tuhan, dan menjalankan tugasnya, mengawasi anaknya dengan ketat, agar dia dibesarkan di dalam Tuhan. Sementara orang dewasa, bisa saja dibaptis dengan motivasi yang tidak beres. Itu sebabnya mari kita kembali pada satu ajaran yang penting, anugerah Tuhan mendahului reaksi manusia. Sebelum kita mencari Dia, Dia sudah terlebih dahulu mencari kita. Bukan kita yang lebih dulu menyeru namaNya, tapi Dialah yang memanggil orang berdosa bertobat. Bukan kita yang memilih Dia, Dialah yang memilih kita. Bahkan sebelum dunia dicipta. Sebelum kita mengenal Tuhan: pada saat kita masih lemah, masih berdosa, masih menjadi seteru Allah, Kristus sudah mati bagi kita (Rm 5:6, 8, 10). Jadi, The grace of God is prior to human respon adalah dasar teologis yang paling penting, dimana kita membaptis anak-anak. Kau harus dibaptis untuk menerima pengampunan dosa dan Roh Kudus yang dijanjikan. Anugerah ini Tuhan berikan pada kita, anak-anak kita, dan orang-orang yang bakal mendengar Injil yang kita beritakan di tempat-tempat yang jauh. Anak-anak dibaptis sama dengan anak-anak di Perjanjian Lama disunat: sebagai tanda fisik, yang membuktikan mereka berbagian di dalam janji Allah pada nenek moyang mereka. Paulus berkata, kita dibaptis menggantikan sunat yang orang-orang lakukan di PL. Melalui baptisan, kita menyatakan keluarga (termasuk anak-anak) kita adalah milik Tuhan. Jadi membaptis anak memang tidak tertulis di Alkitab secara harafiah, tapi secara teologi Reformed yang konsisten, yang mengutamakan kedaulatan Allah yang melampaui waktu dan anugerahNya yang mendahului respon manusia adalah Alkitabiah.
(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah--EL)