Iman dan Perbuatan
Yakobus 2: 13-20
Ayat 13 yang membahas tentang “penghakiman dan belas kasihan” sudah mulai kita bahas minggu lalu: orang yang punya kekayaan, pengetahuan,….. Segalanya tapi tak punya compassion, tak mungkin menjadi orang yang agung. Apalagi, hak orang memberi belas kasihan, melakukan kewajibannya atas sesamanya, telah diambil alih oleh pemerintah secara legal: menarik pajak dari masyarakat guna melakukan sesuatu buat orang-orang miskin. Maka di akhir zaman ini sulit kita menemukan orang yang mau menyatakan belas kasihannya pada sesama. Padahal sesungguhnya, belas kasihan adalah unsur penting di dalam masyarakat yang beradab. Jangan menilai keberadaan secara akademis saja, karena banyak orang pintar yang hati nuraninya gelap. Saat kita melihat anak yang penuh cinta kasih, bisa saling mengerti, kita sangat terharu. Karena mereka begitu innocent, menyatakan sifat asli yang Tuhan cipta (Ams. 20:11). Memang, setiap kali kita bergaul dengan mereka, mendengar kata-kata meraka yang keras tapi diucapkan dengan hati yang begitu polos, kita sadar, unsur asli manusia sudah lenyap dari dunia yang mengaku berkebudayaan tinggi. Saat di kantor, orang mengenakan dasi, terlihat begitu sopan tapi hatinya tidak seperti itu. Pedagang mencari kesempatan menelan milik pedagang lain, bila perlu dihabisinya, lalu mengenakan topeng guna menutup-nutupi kejahatannya. Kata Yakobus: belas kasihan menyatakan menang atas penghakiman. Inilah salah satu ayat yang begitu pendek tapi mengandung makna yang begitu dalam. Bedanya Kristus dengan umat manusia: no priviliege, even for the son of God, when He is in this world. Sementara manusia, selalu minta hak istimewa bagi dirinya, bukan bagi orang lain. Kalau orang bersalah, saya akan menyebarkannya ke seluruh dunia, lebih giat daripada mengabarkan Injil, tapi saat dirinya berbuat salah, dia mengenakan topeng, agar tak dikenali orang, sambil berharap saat diadili nanti, hakim mau mengerti, mengampuninya. Tapi kata Yakobus: orang yang menghakimi sesamanya tanpa ampun, akan Allah hakimi tanpa ampun. Di dalam doa yang Yesus ajarkan terdapat kalimat: Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami. Sepertinya terbalik, bukankah seharusnya berbunyi: I will love others according to Your love to me? Permisi tanya: mengapa saya bisa mengampuni? Karena Kau sudah terlebih dulu mengampuni saya. TeladanMu itulah yang mendorong saya mengampuni orang. Ternyata ajaran Alkitab begitu agung, begitu dalam, jangan jadikan sekedar pengertian, melainkan jalankanlah. Kasih Tuhan mendorongku membersihkan motivasiku, memampukanku love one another so deeply. Setelah kita mempraktikkan hal memberi belas kasihan pada orang, barulah Kristus mengajar kita berdoa: forgive me as I forgive others. Orang yang menjalankan kebenaran diberi kekuatan menjalankan perkara yang lebih besar. Itulah yang dimaksud from strength to strength, from grace to grace, from faith to faith, from glory to glory. Kesimpulannya: apa yang dimaksud dengan belas kasihan menang atas penghakiman? Anugerah taken over the place of the law: Taurat Musa penuh penghakiman, tapi keselamatan di dalam Kristus penuh pengampunan. Karena Anak Manusia dikirim ke dunia, bukan untuk menghakimi melainkan mengampuninya. Kelak waktu kita berdiri di hadapan penghakiman Tuhan, Taurat akan menyatakan kita pernah melakukan pelanggaran ini, pelanggaran itu…. Tapi Yesus berdiri dan berkata: semua pelanggaran sudah mereka akui dan sudah Kuampuni – belas kasihan dan pengampunan menggantikan penghakiman. Itu sebabnya, try to live like this: no enemy in your heart. Always have a mentality of a forgiver, practice what Jesus have done in your heart. Permisi tanya, apakah di hatimu masih ada musuh: orang yang tidak kau sukai? Kalau masih, meski kau sudah menjadi Kristen 50 tahun, kau bukan anak Tuhan yang baik. Try hard to have a mentality of a forgiver, full of mercy, compassion to others. Because mercy is victorious over judgement. Itulah tandanya kau sudah melakukan Taurat. Sesudah mengerti hal ini barulah kita bisa memahami apa yang tertulis di ayat 14. Orang Reformed perlu mendengar dengan seksama, jangan hanya gembar-gembor dirinya punya iman yang benar, kebenaran yang bagus, tapi kelakuannya tak lebih baik dari orang lain. Tuhan sendiri menegur kita: apa kau kira karena kau mengerti teologi Reformed, maka kau boleh hidup semaumu? Kau punya pengertian iman yang bagus, but only Reformed Faith is not enough, you should show your trust, karena iman adalah taat pada Tuhan, bersandar padaNya. Sudah dua kali usulan untuk mengadakan konferensi Reformed Internasional di Indonesia ditolak. Apa sebabnya? Politik di Indonesia sedang tidak stabil, orang-orang tak mau datang ke Indonesia. Saya menghina orang-orang Reformed yang seperti itu. Orang pernah bertanya pada saya: “Kau tidak takut ke Indonesia?” “Tidak! Tiap tahun saya datang kesana 36 kali” “Begitu banyakkah?” “Rumah saya disana, bahkan saat wabah SARS, saat gereja dibakar, saya tetap kesana” “Mengapa?” Faith. Faith bukanlah agreement to confession only. Dosen-dosen tamu yang meski mendengar bencana tsunami tetap mau datang mengajar seperti Dr. Simon Kistemaker, saya hormati. Karena iman itu selain mengerti kebenaran, juga taat pada pimpinan Tuhan. Ay. 14a, apa gunanya kau berkata “aku beriman” tapi tidak berkelakuan? Karena iman tanpa kelakuan, mati adanya. Kalimat ini perlu ditulis, karena kalimat tersebut tidak dapat kita temukan di tempat lain di Alkitab. Itu sebabnya, Paulus dijuluki rasul iman, Petrus dijuluki rasul pengharapan, Yohanes dijuluki rasul kasih, bolehkah saya menjuluki Yakobus apostle of good conduct? Surat Yakobus diletakkan di belakang surat Ibrani yang mengutamakan iman, dia membahas aplikasi iman: kelakuan. Di Manado, ada banyak pendeta yang mengkotbahkan teologi Reformed, tapi menyimpan opo-opo di rumahnya. Begitu juga orang Kristen di Batak, menurut penelitian, hanya ada 2% born again Christian, 98% culture Christian. Sifat demonik yang terdapat di dalam adat; kebudayaan yang tak sesuai dengan Alkitab sering tidak manusia sadari, itulah yang membuatnya tidak bisa mengerti Firman Tuhan secara utuh. Waktu mereka mau menjalankan Firman, juga terganjal oleh adat. Ayat 14 b, merupakan kalimat berbahaya. Karena sejak Yesus sampai Paulus, prinsip diselamatkan karena iman sudah dibakukan. Kata Yesus: imanmu menyelamatkan, Kata Paulus: kamu yang tidak bisa menggenapi Taurat lewat kelakuan, dengan beiman pada Kristus akan diselamatkan(Roma 3). Diselamatkan lewat apa, kelakuan? Tidak! Melainkan lewat iman (Ef 2:8). Jadi, agama lain berharap perbuatan baik manusia bisa menyelamatkannya, Alkitab dengan pasti mengatakan, imanlah yang menyelamatkan. Lalu mengapa Yakobus berkata, dapatkah iman menyelamatkan? Apakah dia bertentangan dengan Paulus? Hari ini kita sepertinya berkonflik besar ini: justified by faith atau justified by deed? Di sejarah kekristenan juga terdapat dua pemikiran teologis yang penekanannya berbeda, orang Reformed menekankan, sola fide, tapi menurut orang Katholik, iman perlu ditambah dengan perbuatan baik, itu sebabnya mereka berziarah ke Lourdes dan kota-kota di Eropa, agar treasury of the saints bisa mensuplai jasa mereka yang masih kurang. Kekacauan seperti ini timbul karena orang membandingkan kedua hal itu: justified by faith atau justified by good work. Perhatikan: Paulus dan Yakobus menggunakan istilah yang sama: iman dan kelakuan dengan konotasi yang berbeda. Baruch Sinoza yang hidup 300 tahun yang lampau di Amsterdam mengatakan: all debates started from the same terminology used in different understanding or definition—inilah kunci kita untuk mengerti perbedaan ini. Apakah istilah “dibenarkan” yang ada di dalam konsep Paulus sama dengan yang ada di konsep Yakobus? Perhatikan: 1. Yang Paulus maksudkan dengan “kelakuan” tak bisa menyelamatkan adalah: tak seorangpun yang perbuatan baiknya bisa diperhitungkan sebagai jasa yang bisa dia tukar dengan keselamatan Yesus Kristus. Karena di hadapan Allah, perbuatan baik kita bagaikan pakaian yang compang-camping(Yes.64); nothing can pleased God. Bible leaves no room for human merit in achieving the salvation. Orang yang mengira dirinya sanggup menggenapkan semua tuntutan Taurat, akhirnya gagal, dia datang dan percaya Yesus, karena hanya Dia yang bisa menyelamatkan; kita diselamatkan oleh iman. Terjemahan bahasa Indonesia kabur, terjemahan bahasa Inggris: Justified by Faith juga tidak tepat, seharusnya justified through faith in Jesus Christ. Jika kita diselamatkan lewat iman, apakah masih perlu kelakuan? Perampok yang berada di salib bersama Yesus, diselamatkan hanya dengan satu doa: oh Yesus, ingatlah aku waktu Kau memperoleh Kerajaan-Mu. Jawab Yesus: Dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata padamu, Aku akan bersamamu in paradise even today. Perhatikan: iman Paulus dan Yakobus maksudkan itu ternyata berbeda; iman yang Paulus maksud adalah bersandar pada Kristus untuk beroleh keselamatan, sementara yang Yakobus maksudkan adalah kepercayaan secara intelek dan lisan saja, iman yang berbentuk confession, iman orang Farisi yang ada di atas teori. Bagai seorang yang mempelajari buku petunjuk renang, namun tak pernah turun ke air, kalau dia dilempar ke laut, tentu akan mati. Karena dia know the theory, agree all the confessions, but that is not faith. Faith is trust plus understanding and obey. The evangelical only know: trust and obey, but missing understanding. Kadang, orang Reformed hanya mementingkan unsur understanding, melalaikan unsur trust and obey. Sementara ada juga yang hanya mengutamakan obey, melupakan trust and understanding. 2. Kelakuan yang Paulus maksudkan berbeda dengan yang Yakobus maksudkan: kelakuan yang Paulus maksudkan adalah tidak mau menerima Yesus Kristus, hanya membangga-banggakan diri, kelakuan seperti itu tak mungkin menyelamatkan. Sementara kelakuan yang Yakobus maksudkan adalah result; fruit of a true faith, bagi Yakobus, iman yang tidak membuahkan kelakuan, tidak mencerminkan hidup baru seseorang adalah iman yang mati. Orang tidak bisa percaya kalau kau sudah hidup baru kecuali mereka menyaksikan hidup barumu. Jadi, yang Yakobus maksudkan dengan kelakuan adalah buah keselamatan, sementara yang Paulus maksudkan adalah syarat untuk menerima keselamatan. 3. to be justified by God, that is Paul concept of justification, but to be justified by people that is the concept of James of justification. Kata Paulus; kamu dibenarkan oleh Allah lewat iman, tapi kata Yakobus, orang yang tidak percaya membenarkan kau telah mengalami hidup baru lewat kelakuanmu. Bila kita sudah memahami ketiga perbedaan ini, barulah kita bisa memahami ayat ini dengan baik. Baca 2:14, bisakah iman yang hanya berbentuk pengakuan, menyelamatkanmu? Tidak! Baca ay. 15-17, hidup baru pasti memperlihatkan buahnya, maka jangan kau memamerkan pada orang akan pengakuan imanmu yang hebat, teorimu yang muluk-muluk, tapi tidak selaras dengan hidupmu. Orang yang mempelajari buku petunjuk renang, tapi tak pernah turun ke air, begitu dilempar di laut akan langsung mati. Karena pengertiannya belum menjadi bagian dari hidupnya. Sementara anak-anak yang dibesarkan di desa, tak perlu membaca buku petunjuk renang, setiap hari mandi di sungai, hanya saja, mereka tak akan menjadi juara renang. Mengapa? Karena mereka berenang asal-asalan, tak mengerti teori renang yang benar. Jadi ada yang punya teori, tapi tak pernah mempraktekkannya, ada juga yang langsung praktek tanpa tahu teorinya. Ada orang bertanya pada saya: pak Tong, bagaimana menjadi orang Kristen yang baik? Saya balik bertanya, kalau saya memberimu sebuah jam, mesinnya buatan Jerman, merknya terkenal, tapi tak ada jarumnya, tentu kau tidak mau menerimanya, bukan? Karena jam itu hanya bersuara, tapi tidak bisa menunjukkan waktu. Bagaimana kalau saya memberimu satu jam yang ada jarumnya, desainnya bagus tapi tak bermesin, tentu kau juga tak mau menerimanya bukan? Karena kau menginginkan jam yang sempurna, maka jam yang tak berjarum saya lengkapi dengan jarum, yang tak bermesin saya pasangi mesin, barulah keduanya berfungsi dengan baik. Begitulah orang Kristen yang baik: di dalam dirinya ada iman, di luarnya ada kelakuan, Amin? Jadi, not cognitive evangelical, not traditional evangelical but evangelical in action, doing evangelization. Beriman dan berkelakuan, internal and external, trusting His Redemption dan practice everything I learn form the word of God in my daily live. Bila seorang berkat “puji Tuhan, Tuhan memberkatimu” “Saya tak punya makanan” “Pergilah makan” “Saya tak punya pakaian” “Kenakanlah jas” “Dari mana saya mendapatkan jas?” “Pikirlah sendiri” itulah yang membawa Louis XVI dan Marie Antoinette, Ratu yang hidupnya mewah, yang membangun sebuah Opera House di Versailles yang berkapasitas 360 tempat duduk yang berhiaskan emas itu berakhir dengan dipenggal kepalanya, karena tak pernah mau tahu kesusahan rakyat, membuat orang Perancis sangat menbencinya. Suatu kali, dia ingin menaikkan pajak, orang menasihatinya “Ratu, jangan naikkan pajak lagi, rakyat bisa mati” “Tak peduli, saya butuh lebih banyak uang” “Mereka tak punya roti lagi” “untuk apa kau katakan itu padaku? Kalau mereka tak punya roti, suruh saja mereka makan cake atau yang lain” Karena dia hidup di istana, ada berbagai macam pilihan makanan. Dia kira, rakyat juga sama dengannya, punya banyak pilihan makanan. Setelah mendengar kalimat itu, mereka tahu, Ratu yang satu ini betul-betul kejam, sama sekali tidak punya compassion, hanya tahu kenikmatan diri sendiri saja. Kalian yang berada di tengah kelimpahan, yang setiap hari bisa hidup enak, belajarlah mengerti orang lain. Setiap tahun, saya mengunjungi tempat yang miskin sekali, hidup bersama mereka, untuk tahu apakah saya masih bisa hidup susah. Sampai hari ini, kemanapun saya pergi, saya makan makanan yang termurah, setiap kali naik pesawat kelas ekonomi. Uang saya kumpulkan untuk kebutuhan musik, desain, museum …… sampai mandat budaya yang Tuhan percayakan, saya kerjakan satu persatu, barulah saya mati. Kasihanilah orang, karena belas kasihan menyatakan kemenangan atas penghakiman. Belajarlah taat pada Firman, karena pengertian iman tanpa kelakuan mati adanya. Nyatakan hidup barumu itu sejati lewat kelakuanmu. Kiranya Tuhan memberi kita kekuatan menjadi orang yang bersandar padaNya, yang mengasihi sesama, Amin? (ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah--EL)