DOA
Yakobus 5 : 15 - 18
1. mendoakan orang. Apa itu doa? Banyak orang mengawali imannya dengan doa dan menerima berkat Allah. Karena saat kita mengajak orang berdoa, biasanya orang tidak menolak. Paling banyak menjawab dengan sinis: kau mau mendoakan? Silahkan! Saya toh tidak percaya. Orang yang mendoakan sesamanya diberkati oleh Allah (Ayb. 42). Inilah rahasianya: when you pray for others, you will be delivered, be set free, be converted. Maka orang yang selalu mendoakan orang hidupnya berlimpah, dan tanda dari hidup yang berlimpah adalah always available to help others. Di abad ke-19, F.B Meyer, pengkhotbah yang baik, menggembalakan sebuah gereja di
Ay.15.....Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya dan mengampuni dosanya... mengindikasikan ada penyakit yang di-sebabkan dosa. Apakah semua penyakit disebabkan dosa? Tidak. Adakah penyakit yang disebabkan oleh dosa? Ya. Adakah dosa yang mendatangkan penyakit?
Banyak. Maka kita harus memilah-milah: penyakit yang disebabkan oleh dosa, penyakit yang disebabkan perbuatan dosa orang lain, penyakit yang tidak ada hubungannya dengan dosa, jangan sembarangan berkata pada orang: kamu sakit, karena kamu berbuat dosa, terkena kutukan; hukuman Tuhan. Tapi karena ayat ini menghubungkan kesembuhan dan pengampunan dosa, artinya, penyakit yang Yakobus maksudkan di sini ada hubungannya dengan dosa. Apakah orang Kristen boleh mendoakan orang sakit? Harus. Karena mendoakan orang sakit adalah tanda bahwa kita memperhatikan, mengasihi, membawa orang datang pada yang Mahakuasa, mendapat anugerahNya. tapi jangan memvonis semua penyakit berasal dari dosa. Nelson Mandela, seorang tokoh yang sangat agung dan dikagumi di abad ke-20. karena semangatnya yang luar biasa untuk membebaskan bangsanya dari apartheid yang sangat bertentangan dengan ajaran Alkitab, tapi tiga orang familinya mati karena penyakit aids. Gereja di Belanda adalah Reformed, mengapa memakai kuasa apartheid? Karena politik selalu menganggap diri lebih tinggi dari agama, Raja selalu tidak mau takluk pada Tuhan. Demi profit, politik, kuasa, banyak pemimpin dunia lupa akan iman Kristennya, itulah yang membuat dua orang menjadi korban:
A. Mahatma Gandhi, orang
B. Abraham Kuyper, Perdana Menteri sekaligus teolog. Di dalam sejarah teologi, sedikit sekali teolog yang merangkap Perdana Menteri atau Presiden. Filsafat Plato menyebutnya sebagai philosopher king, kuasa dan bijaksana ada di atas satu pribadi. India juga pernah punya seorang Presiden yang merangkap filsuf: Radna Krisna, penulis 2 jilid buku "the history of Philosophy". Kata Plato, when the power and wisdom does not meet together, there will be chaos, maka menurut dia, masyarakat perlu punya filsuf yang berjabat raja atau raja yang berpengetahuan filsuf. Abraham Kuyper teolog first rank, terpilih menjadi Perdana Menteri Belanda, dia menentang apertheid, memperlakukan diskriminasi pada orang di Afrika Selatan yang berkulit hitam, tapi Ratu tak menyukai pandangannya, maka dia tidak terpilih sebagai Perdana Menteri untuk periode kedua.
Apa jadinya kalau seorang menderita sakit karena dosa? I Kor.5:5, ada orang yang berzinah dengan ibu tirinya.... apa komentar Paulus? Serahkan tubuhnya kepada setan, dan jiwanya diselamatkan. Artinya Tuhan memberinya hidup kekal, tapi tidak mengizinkan tubuhnya tetap sehat; membiarkan dia mati. Kadang dosa mengundang kematian fisik; Tuhan tidak menyembuhkannya, tapi kadang Tuhan menyembuhkan penyakitnya sekaligus mengampuni dosanya. Paulus juga berkata kepada jemaat di Korintus, barangsiapa tidak menyelidiki diri, tidak mempersiapkan hati, tidak hidup suci, lalu makan roti dan minum cawan Tuhan, dia makan minum dosanya sendiri. Bahkan ada banyak yang mati, karena mereka berdosa, masih berani main-main dengan Tuhan, padahal upah dosa adalah maut. inilah ajaran Alkitab. Kita boleh mendoakan orang sakit. tapi kita tidak boleh sembarangan berkata, kau harus beriman, kau pasti akan sembuh. Mengapa kita berdoa? Karena kita tahu:
A. diri kita terbatas, kita tidak bisa, tidak sanggup, tidak berdaya menolong diri kita sendiri, kita perlu Tuhan.
B. Tuhan adalah sumber berkat.
C. kalau Tuhan tidak menolong, pertolongan lain tidak akan ada gunanya. Maka doa bukan melarikan diri dari iman, bukan memaksa Tuhan dengan iman self confidence, — dua hal yang harus kita hindari. Kita berdoa, karena kita takluk pada kedaulatan Allah, datang padaNya dengan iman yang bertanggungjawab, bukan self confidence yang dibangun atas ambisi dan mimpi. Kata Paulus, If you do not have faith, how can you pray, maksudnya, the right theology is the basis and fondation of the right prayer (Rm.10). tidak sama dengan orang-orang yang menjalankan kesembuhan llahi dengan tidak bertanggungjawab: jangan ragu, beriman saja, penyakitmu pasti akan sembuh. Maka orang Budha, orang Islam, orang Hindu, orang Animis, bahkan orang Ateis yang ingin sembuh berseru, Tuhan, aku beriman, sembuhkan aku... iman apa? Iman yang bukan didasarkan pada kebenaran Tuhan, bukan iman yang dari Tuhan, bukan iman yang kita pakai untuk berdoa, melainkan keinginan; ambisi liar yang dia pakai untuk memaksa Allah: Tuhan itu Mahakuasa, bukan? Kau sendiri mengatakan seperti itu, jadi wujudkanlah kemahakuasaanMu — mengikat Tuhan dengan khotbah yang didengarnya, memaksa Dia menjadi pembantumu, suatu tindakan yang amat kurang ajar. Doa kita sering dinodai teologi yang salah kaprah, yang menyeret kita ke dalam dosa berdoa. Karena doa yang tidak didasarkan pada iman yang benar adalah dosa, maka semakin kau rajin berdoa semakin berdosa. Tadi kita sudah membahas satu point yang penting: Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya sekaligus mengampuni dosanya. Maksudnya: mendoakan orang sakit harus dikaitkan dengan kemahakuasaan Tuhan dalam hal mengampuni dosa, karena Dia adalah Tuhan yang suci. Banyak doa orang Kristen yang tidak mengaitkan doanya dengan doktrin yang benar; tidak didasarkan pada ajaran Alkitab. Sehingga secara lahiriah, sepertinya dia datang pada Tuhan dengan berlutut, berdoa dengan menggebu-gebu, sampai memukul-mukul dada. Tahukah kau doa yang didasarkan pada ambisi liar adalah dosa, tidak sesuai dengan kehendak, rencana dan cara Tuhan. Kemarin saya membahas tentang mengenali kehendak Tuhan, cara Tuhan dan waktu Tuhan — tiga hal yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Saat ketiganya menyatu, itulah yang disebut pimpinan Tuhan. Yakobus mengemukakan satu prinsip (ay. 16b): kau adalah orang yang sudah dibenarkan oleh Tuhan, imanmu didasarkan pada FirmanNya, saat kau berdoa, Tuhan tidak akan meninggalkanmu. Meski Dia tidak memberinya seturut dengan waktumu. Maka Theology of time itu penting sekali. Mengapa Yesus, Yohanes pembaptis harus menunggu sampai usia 30 tahun baru melayani? Karena waktu Tuhan. Kehendak Tuhan dan kuasaNya yang berlimpah tidak terganggu oleh pendeknya waktu: Yohanes hanya melayani setengah tahun? tidak masalah, karyanya, beritanya berkumandang terus sepanjang masa. Yesus hanya melayani tiga setengah tahun, tapi pengaruhNya jauh lebih besar dari Kongfuzu yang berusia 72 tahun, Laozi yang berusia 80 sekian tahun, Sakiamoni yang berusia 80 tahun, Mohammad yang berusia 62 tahun, Abraham yang berusia 175 tahun, Zoroaster yang berusia 60 sekian tahun. Lalu Yakobus memberi satu contoh: Elia, orang yang sama dengan kita. Saya sangat terharu dengan kalimat ini: Elijah is an ordinary man just like you and me. Apa artinya? Elia bukan dewa, dia sama dengan kau dan saya. Begitu biasanya, sampai tak punya kelebihan apa-apa, sifatnya sama seperti kita. Itu sebabnya, jangan kita menuntut orang besar harus begini, harus begitu, karena dia hanyalah orang biasa. Elia lahir di satu
Elia adalah orang biasa, tapi waktu dia memberitakan sesuatu dan tidak didengar, katanya, hai Ahab, demi nama Yehovah, aku akan berdoa untuk tidak turun hujan. Inilah satu ultimatum yang dia berikan pada seorang penguasa. Doa Elia adalah doa yang tidak manusiawi, tidak masuk akal, melanggar hukum alam, tak pernah ada di sepanjang sejarah. Jadi, Elia biasa tapi ternyata luar biasa. Jadi, pokok permasalahannya bukan doanya manusiawi atau tidak manusiawi, benar atau tidak benar, tapi doanya disahkan oleh Allah atau tidak. Perhatikan: kalau kita mengerjakan sesuatu, orang lain setuju atau tidak setuju itu soal kecil, yang penting: Tuhan memberkati atau tidak. Banyak kali, kalau orang luar mengeritik gereja, kita langsung takut. Kalau orang mengeritik: mengapa tidak menolong orang miskin malah membangun gereja besar langsung mengurungkan rencana pembangunan, mendonasikan uangnya pada orang miskin. Kita terlalu peka pada suara-suara sampai seperti tidak berpendirian. Padahal apa yang kita kerjakan berlainan dengan apa yang dikerjakan orang dunia, berbeda dengan norma orang normal, karena yang kita kerjakan adalah kehendak Tuhan. Elia berdoa, jangan turun hujan. Mengapa Tuhan mengabulkan doanya? Karena doanya sesuai dengan kehendak Tuhan untuk menghukum orang Israel. Jelaslah di sini, doa tidak mengubah Tuhan. Doa yang diberkati Tuhan adalah doa yang sinkron dengan kehendakNya. Saya sering ber-tanya pada diri sendiri, membangun gereja besar itu kehendak Tuhan atau bukan? Apa jadinya kalau orang lain menentang, menghentikan, tapi saya jelas akan pemimpin Tuhan, maka saya jalan terus. Sampai Tuhan mengesahkan dan semua orang harus tutup mulut, amin? Itulah iman. Elia tidak peduli, aku berdoa, 3 tahun 6 bulan tidak turun hujan. Semua orang tidak setuju? Tuhan berkata, Aku setuju. Elia berkata kepada raja, hai Ahab, dengarlah, demi nama Tuhan, kalau aku tidak berdoa, tidak akan turun hujan. Kunci satu zaman berada di dalam tangan orang yang betul-betul tahu isi hati Tuhan, berani mengerjakan sesuatu yang tidak sama dengan semua orang. Saya adalah salah seorang yang paling tersendiri di zaman ini, begitu sedikit orang mengerti saya, tapi saya tidak kompromi, yang penting bagi saya: Tuhan mengiyakan, Tuhan merestui, Tuhan mengesahkan. Yang lain adalah soal kecil. Elia adalah orang yang sama dengan kita, waktu dia kecewa, diapun minta mati. Kitapun begitu, bukan? Bedanya: dia ditunjuk Tuhan, diberkati Tuhan, dan disahkan oleh Tuhan, sehingga zaman itu tak berkuasa melawan dia.
(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah —EL)
<< Home