Allah Mencurahkan Anugerah Yang Lebih Banyak
Yakobus 4 : 7-10
Perikop ini mengajar kita rendah diri di hadapan Allah yang Mahatinggi. Siapa gerangan manusia, dia begitu kecil; hanya dicipta dari debu, namun saat dia menbandingkan diri dengan orang-orang yang di sekitarnya dan menemukan orang yang lebih rendah, lebih bodoh, lebih tidak sukses darinya, dia mulai memandang dirinya hebat. Sampai Tuhan memukulnya, barulah dia sadar: aku hanyalah manusia yang bisa mati. Sebenarnya, kalau seorang mempunyai bijaksana, kemampuan yang melebihi orang lain, semata-mata hanyalah karena anugerah Tuhan, tak ada yang bisa dia sombongkan. Semua manusia sama: dilahirkan oleh wanita, hidup sekian puluh tahun di dunia, mati dan dikuburkan, namun manusia, berani menyombongkan diri bahkan berani melawan Tuhan — sesuatu yang menggelikan di mata Allah yang di sorga. Meski manusia yang dicipta dari debu dan akan kembali pada debu itu sombong, tak pantas diampuni, tapi Allah yang penuh dengan kemurahan, kasih, menanti kita, sampai kita mau merendahkan diri, kembali pada tempat yang semestinya, yang sesuai dengan kehendakNya, barulah Dia mencurahkan berkatNya untuk kita. Seorang murid dari Moody Bible College di Chicago, saat lewat di satu lorong yang kecil, bertemu dengan seorang anak yang sudah puluhan hari tak mandi, badannya kurus kering, mengepalkan tangannya sambil menantang semua orang yang lalu lalang di
Yang keras kepala, yang sombong, akhirnya harus hancur — pelajaran yang kita dapatkan dari sejarah. Bagaimana dengan Mao Ze Dong? Dia menganggap dirinya Allah, sampai-sampai berani melawan sorga, suatu hal yang tak pernah ada di sejarah Tiongkok. Karena sejak dulu, raja-raja di Tiongkok menuruti ajaran Mensius: shun tian zhi chang, ni tian zhi wang; barangsiapa taat pada sorga akan subur, sementara yang tidak taat pada sorga akan punah, tapi kata Mao Ze Dong: ren ding sheng tian; manusia pasti dapat mengalahkan sorga. Kecongkakan itulah yang membuat dia membawa Tiongkok menjadi negara yang paling ditakuti, bahkan Amerika dan Rusiapun takut padanya. Suatu kali, saat saya berkhotbah pada para manager di
Saat manusia congkak, menganggap dirinya hebat, berani melawan Tuhan, dia begitu bodoh. Karena kepintaran, uang, kesuksesan, keunggulan: kejayaan manusia bisa bertahan berapa lama? Kerajaan Romawi dibangun kira-kira 700 sekian tahun sebelum Masehi, tapi 200 tahun sesudah Masehi mulai hancur. Dengan lain kata, masa kejayaan Romawi hanya kira-kira 1000 tahun. Dan jangan lupa, Romawi mengalami dua periode besar: periode pertama, menganut sistem republik, hanya memelihara apa yang sudah mereka miliki. Kapankah dia menganut sistem Kerajaan? Berapa puluh tahun sebelum Kristus lahir, setelah Augustus, seorang Jendral berhasil mengenyahkan Jendral-Jendral yang saling membunuh, diapun mengklaim diri sebagai Kaisar yang pertama. dialah yang memerintahkan semua orang pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk melakukan sensus. Di masa itulah Yusuf dan Maria kembali ke Betlehem dan Yesuspun lahir di
Gereja mula-mula juga tak punya apa-apa; tak punya gedung, jemaat.....tapi terus bertumbuh. Mengapa? Karena mereka punya iman. Kapan mulai runtuh? Saat mereka mulai punya uang, sistem, konstitusi, organisasi yang sangat kuat. Mengapa bisa begitu? Karena sudah punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Jadi, bersyukurlah kalau kau pernah miskin. Karena saat kau miskin, mengalami kepicikan, keterbatasan, kau menyadari, I am merely a man, I am poor, I have nothing to boast, I can not be proud, I should be humble. Tapi, itu bukan rendah hati yang sesungguhnya, karena di saat seperti itu, kau memang tak punya sesuatu yang bisa kau banggakan, sehingga kau mau tak mau harus rendah hati. Jadi, apakah rendah hati yang sungguh? Orang yang punya uang, pangkat, kesuksesan.... segalanya, tapi dia mau menilik orang yang lebih miskin, lebih rendah, lebih bodoh, lebih gagal, mau menolong, mengasihi, menghormati mereka, karena dia sadar: apa yang orang lain alami juga mungkin dia alami. Itulah yang ditulis oleh Kismiller, konselor hebat, yang berhasil mendamaikan begitu banyak pasangan suami isteri yang berada di ambang perceraian. Tapi faktanya dia sendiri harus ber-cerai, maka tulisnya: apapun yang orang lain alami mungkin juga akan kau alami. Artinya, kau tidak istimewa, kau hanya manusia yang mungkin gagal, bahkan gagal total. Itu sebabnya, ingatlah siapa itu dirimu: orang berdosa yang dilahirkan oleh orang berdosa, hidup di tengah-tengah orang berdosa. Kalau saja kau memiliki keunggulan, kesuksesan, kemakmuran, kelancaran..., semata-mata hanyalah anugerah Tuhan, tak pantas disombongkan. Saat kau sadar akan keterbatasan dirimu, kau mungkin juga mengalami kegagalan, kau bisa berkata, Tuhan, semua yang ku miliki hanyalah karuniamu: sola gratia, aku mau memuliakan namaMu. Di dalam perikop ini terdapat 4 perkara: a. tantanglah setan, maka dia akan lari dari padamu. b. dekatlah Tuhan, Diapun akan dekat denganmu. c. sadarilah dosamu, kau akan mengganti sukacita dengan dukacita, mengganti gelak tawa dengan air mata. Artinya, sadarilah dosamu, menangislah di hadapan Tuhan dengan hati yang hancur, tinggalkan segala kejahatan di tanganmu dan segala kenajisan di hatimu. d. rendahkan dirimu di hadapan Tuhan, maka Dia akan memberi anugerah yang lebih banyak padamu. Apakah yang menghalangi Tuhan memberikan anugerahNya pada kita? Kecongkakan kita, kita yang menganggap diri hebat, lebih hebat dari siapapun, dan melawan Tuhan, tanpa kita sadari, kita telah jatuh ke dalam jerat iblis. Saya kira, bagian ini punya signifikansi khusus: karena bagian ini membahas tentang relasi kita dengan diri kita, dengan sesama, dengan Allah dan dengan setan.... relasi yang akan berpengaruh pada hidup kita di dalam kekekalan. Definisi Dr. Jia Yi Ming akan teologi: mempelajari tentang mengapa Tuhan disebut Tuhan, mengapa manusia disebut sebagai manusia, membenahi relasi antar Tuhan dan manusia, antar Tuhan, manusia dan segala ciptaanNya. Saya sangat mengaguminya, karena definisi seperti itu tidak kita temukan di dalam karya tulis orang Barat; tak seorangpun mendefinisikan teologi sebagai relasi. Dia meninggal di usia 90-an tahun, seorang sistematic theologian pertama di Tiongkok. Saya tambahkan sedikit: teologi adalah: interpersonal relation between God, man, satan, angels and everything related to the created world. Jadi, orang yang hanya mengantongi ijazah teologi, tapi hubungannya dengan sesama tidak pernah beres, dimanapun dia berada, selalu saja mendatangkan perselisihan, sesungguhnya, dia belum lulus dari sekolah teologi. Dengan kata lain, seorang yang tidak takut Tuhan, tidak mengasihi sesama, tidak menghargai diri, tidak melawan iblis, tidak rendah hati di hadapan Tuhan, dia belum tahu apa itu teologi. Inilah ayatnya: tantanglah setan, dia akan lari darimu, dekatlah Allah, Dia akan dekat denganmu, buanglah dosamu, sucikanlah hatimu, merataplah karena kau menyadari dosa-dosamu, rendahkan hatimu di hadapan Allah, dia akan mengaruniakan anugerah yang lebih dan lebih banyak padamu.
Kiranya Tuhan memberkati kita, menjadi orang Kristen yang tahu bagaimana berlaku di hadapan Tuhan. Baca ayat 7-10.
(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah — EL)