March 27, 2005

Makna Kebangkitan Kristus

Sejarah dunia terus berlangsung, banyak hal yang ada di sejarah akan menjadi layu, tapi di dalam sejarah keselamatan, terdapat benang merah yang membuatnya tak mungkin menjadi layu. Dulu, orang Israel mengira, raja politik, peristiwa-peristiwa yang terjadi di Israel itu penting. Faktanya, hal yang terpenting, yang menjadi pusat sejarah Israel bukanlah raja atau politik, melainkan Firman Tuhan yang disampaikan para nabi, sayang, mereka tidak menyadarinya, mereka malah membunuh nabi. Karena nabi yang Tuhan kirim tidak bersenjata, berduit, berkuasa untuk membela diri, hanya menyerukan kebenaran, keadilan, rencana Allah yang kekal, maka pikir mereka, dunia tidak membutuhkan nabi, dunia membutuhkan mereka. Tapi setelah mereka membunuh nabi, anak cucu mereka menyadari apa yang dikatakan oleh nabi itu benar, leluhur merekalah yang salah, merekapun mengunjungi, memperbaiki kubur nabi, meratap disana. Saat Musa hidup, orang Israel mencaci maki, mengeritik dia, saat Musa mati, mereka meratapinya selama puluhan hari. Namun saat nabi yang muda berfirman, mereka tidak mendengar apa yang dia katakan, bahkan juga membunuhnya. Satu per satu hamba Tuhan yang memberitakan firmanNya diperlakukan seperti itu, tapi sejarah mencatat, semua orang penting masa kini akan menjadi layu, namun Yesaya, Yeremia, Daniel, Yehezkiel, Daud,... yang Tuhan pakai menulis firmanNya akan terus menerus memimpin sejarah. Akhirnya, Tuhan mengirim AnakNya yang tunggal: Yesus ,Nabi di atas segala nabi, Imam di atas segala imam, Raja di atas segala raja ke dunia, bukan sebagai pemimpin masyarakat, Dia lahir di palungan, mati di atas kayu salib. Tiga ratus tahun kemudian, Kerajaan Romawi mulai runtuh, pengaruh Yesus justru semakin dan semakin besar. Pada sejarah Israel terdapat sejarah keselamatan yang Tuhan janjikan dan genapkan, yang diberitakan oleh hamba-hambaNya adalah the main stream of history . Berapa orang tahu akan hal itu? Tidak banyak. Pemerintahan selalu mengira dirinya paling penting, saat mereka merasa kekristenan mengganggu policy mereka, merekapun membakar, menutup gereja, tapi pekerjaan Tuhan tidak kunjung berhenti . Pada umumnya, manusia lebih tertarik pada sejarah teologi yang membahas tentang perkembangan teologi di dalam sejarah, tak mau tahu soal the theology of history; how do we see history, how do we interprete history, how do we understand history, how do we cope with stream of history? Padahal, sejarah membagi manusia ke dalam tiga kategori:
1. Orang yang mewarisi sejarah: Setiap orang hidup di dalam arus sejarah, mengikuti bentuk, sistem, tradisi yang ada.
2. Sejarawan:menyelidiki, menganalisis, mengamati sejarah, mencari tahu faktor X yang tak nampak, tapi menentukan arah sejarah. Perhatikan: if we lost history, we lost our identity, maka to analyze, to study history make you more wise. Profesornya Karl Max, yaitu Wilhelm Heigel mengatakan: the greatest teaching of history to man is: man do not want to receive the teaching of history.
3. Pencipta sejarah baru: jumlahnya sangat amat sedikit, dia mampu melihat kebobrokan di dalam sejarah; perlu ada pembaruan, diapun memimpin orang-orang sejamannya melangkah ke jaman baru, dialah pemimpin yang sejati. Tapi dia dihina, diejek, ditolak. Karena orang memandang dia aneh. Apakah sejarah berada di tangan Mao Ze Dong? Tidak! Menjelang ajalpun, Mao Ze Dong belum tahu mau membawa Tiongkok ke mana, dia malah menjadikan musuh sebagai kawan, dan kawan sebagai musuh. Barangsiapa berjuang untuk kuasa, uang, pasti banyak melakukan kesalahan, tapi orang yang betul-betul mau menjalankan kehendak Tuhan pasti bertindak benar. Mengapa ratusan tahun terakhir ini, kekristenan merosot begitu rupa? Karena kekristenan tidak lagi mementingkan visi, pemimpin Tuhan, hanya mementingkan organisasi, dan orang Kristen sendiri tidak menyadarinya. Setiap gerakan butuh kekuatan penunjang, yang membuat orang sadar, mengapa dia bergabung di sana. Saya yakin, gerakan Reformed Injili berada di benang merah sejarah. Jika tidak, saya tak akan banting tulang begitu rupa. Bukan karena saya ada disana, maka saya memandang gerakan ini penting. Justru terbalik; karena pentingnya gerakan ini, maka saya terjun disana. Bukan karena saya adalah orang Kristen, maka saya menyebut kekristenan adalah kebenaran. Justru terbalik, karena kekristenan adalah kebenaran, maka saya menjadi orang Kristen. Bukan karena saya percaya Tuhan, maka saya membela Yesus, justru terbalik: karena Yesus adalah Tuhan yang sejati, maka saya percaya padaNya. Saya berharap, setiap kita merenungkan dengan serius: mengapa aku lahir di abad ke-20 bahkan sempat menapaki abad ke-21? Bersumbangsih, bersaksi di jamanmu. Saya berharap, kita mendoakan SPIK (Seminar Pembinaan Iman Kristen) yang akan datang, agar kita lebih jelas mengetahui: ke mana gereja mengarah. GRII bukan tempat entertainment, nothing to entertain you. Kita bukan berkotbah untuk menyenangkan pendengar, melainkan mengkotbahkan hal yang Tuhan ingin domba-dombaNya mengerti, agar mereka bertumbuh. GRII punya visi, jelas akan pimpinan Tuhan. Kalau boleh, saya tidak membentuk organisasi, tidak membangun gereja, hanya memberi pengertian Firman Tuhan pada jaman ini. Namun saat jumlah jemaat sudah banyak, kita membutuhkan wadah, kita harus punya organisasi yang beres. Tapi jangan lupa, hal yang terpenting adalah takhta Tuhan ada di tengah-tengah kita, Amin? Siapa yang berada di takhta itu? Kristus yang bangkit. Baca I Kor 15:12-19. Ada banyak orang beragama, bahkan punya sistem iman, tapi yang mereka imani adalah pendiri agama, yang hidupnya berakhir di kubur. Mereka berharap pada orang yang sama-sama membutuhkan pengharapan, pegangan, iman. Siapa yang sanggup memberi pegangan yang sejati, yang kekal? 150 tahun yang silam, Soren Abi Kirkegaard mengatakan: jika pengharapan kita hanya berada di masa sekarang saja, kita adalah orang yang amat sangat malang. Tapi 1900 tahun sebelumnya, Paulus sudah mengatakan: our hope is not only for this world, our hope should heading for eternity. Otherwise that is a missarable life. Pengharapan kita ada di dalam Kristus, Dia memberi kita pengharapan yang kekal (ay 19). Jadi, Yesus begitu berbeda dari pendiri-pendiri agama, khususnya di dalam 2 point:
a. Maria adalah seorang perawan, rahimnya yang kosong diisi oleh Yesus.
b. Yesus yang tak berdosa mati, tapi kuburNya kosong. Sementara, pendiri-pendiri agama, rahim ibu terisi sperma suami yang membuahinya, namun jasad mereka mengisi kubur. Karl Bath melukiskan dua point ini dengan sangat indah: the virgin womb diisi oleh Kristus, dan Dia meninggalkan kuburNya kosong. The virgin womb and the empty tomb, Puji Tuhan! Allah membangkitkan Dia, Dia sendiri bangkit dari antara orang mati, Roh Kudus membangkitkan Dia. Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Putera; Yesus Kristus, dan Allah Roh Kudus berbagian dalam kebangkitanNya. Dia bangkit, membuktikan bahwa Dia adalah Anak Allah, yang MahaKuasa. Di antara virgin womb dan empty tomb; tiga puluh tiga tahun setengah; Allah inkarnasi, hidup sebagai manusia secara konkrit, mengalami kesulitan, penderitaan. Lalu memberikan pengharapan kekal, sejahtera kekal pada umat manusia; Allah menggenapkan janji keselamatanNya. Puji Tuhan! Kehadiran Kristus di sejarah menjadi titik temu antar vertical line dan horizontal line. Sejarah manusia sudah berlangsung ribuan tahun, manusia berharap begitu rupa, namun tetap harus mengarah pada kematian, sampai Allah mengirim AnakNya ke dalam sejarah. Salah satu karya Allah yang terpenting adalah creation. Dari creation, terdapat benang merah yang mengarah pada consumation ,penyempurnaan yang terjadi saat Yesus datang kedua kalinya. Jadi Allah mencipta, maka dunia berada, saat Kristus datang kembali, dunia akan dihakimi. Inilah process of time, process of history; dari creation point sampai consumation point; the direct intervention oleh God through the manifestation of His only begotten Son: Jesus Christ, guna mewujudkan karyaNya yang terbesar bagi dunia ciptaan, memperbaiki segala hal yang sudah manusia selewengkan. Maka titik inkarnasi lebih penting dari titik creation maupun consumation, membuat kita mengerti akan creation dan consumation, punya kekuatan mengarah pada kekekalan. Dua hari lalu; Jumat Agung, kita membahas tentang: siapa bisa mengasihi Kristus? Tapi, siapa bisa mengerti sengsara Kristus? Sampai kapanpun tidak ada orang yang mungkin bisa mengerti kesengsaraan Kristus secara sempurna.Kalau demikian, bukankah berarti tidak ada orang yang bisa mengerti kasih Allah? Tidak! Allah berfirman, kasihNya tidak terukur dan tidak ternilai (Ef. 3:18). Karena kasihNya lebih tinggi dari pengertian manusia, namun kita tahu kasih Allah itu sungguh adanya. Bagaimana caranya? Saat Roh Kudus membawa kita ke Golgota, memaparkan kasihNya, lewat pengorbananNya. Seperti kata Yohanes, Kristus menyerahkan diriNya bagi kita, barulah kita tahu apa itu KASIH. Kita tak punya kasih. Kita berkata, aku mencintai si anu, ingin menikahinya, padahal kalau dia tidak cantik, mana mungkin kau jatuh cinta dengannya. Jadi, kasih kita adalah kasih yang egois, yang dari bawah ke atas, yang ingin memonopoli, bukan kasih Allah yang menyerahkan AnakNya ,to accomplish others, and to sacrify Himself. Dengan demikian,dasar kita mengasihi Tuhan adalah mengerti akan kesengsaraan Kristus, dan dasar kita mengasihi sesama adalah mengikuti teladan Kristus. Jika kita hanya mengagumi kematian Kristus yang begitu agung, menjadikanNya sebagai teladan kita dan no more. Kita sama dengan liberalisme, hanya menerima moral Kristus, tapi tidak menerima sifat ketuhananNya. Orang Reformed perlu tahu dengan jelas; mengapa iman kita tidak sama dengan iman orang Katholik, orang Karismatik atau orang Injili pada umumnya, karena kita tahu, Yesus bukan hanya contoh moral kita, Dialah Tuhan yang rela mati di dalam status manusia. Perhatikan: dalam kematian Kristus, hal yang terpenting bukanlah derajat sengsaraNya yang begitu hebat, yang patut kita jadikan sebagai teladan moral, melainkan: siapakah Dia, mengapa Dia rela mati? Dia bukan hanya orang baik yang mati secara tragis, yang membuat kita mencucurkan air mata karena terharu, tapi Dia adalah Allah yang rela menjadi manusia. Mengapa Dia menjadi manusia? Kalau Dia tidak menjadi manusia, Dia tidak bisa mati bagi kita. Ada banyak orang saat menyaksikan film "The Passion of The Christ" menangis, waktu ditanya:" mengapa menangis?¨ jawabnya: "saya baru tahu, Yesus begitu kasihan¨ seolah-olah dialah yang mengasihani Yesus, padahal dialah yang perlu dikasihani, sampai-sampai Kristus harus mati menebus dia. Maka semua wahyu umum hanya bisa dimengerti lewat wahyu khusus, semua fenomena tentang Kristus hanya bisa dimengerti lewat pimpinan Roh Kudus, masalahnya: why Jesus so willing to depart from heaven, and come down to earth? Kalau seorang Raja duduk bersama para pengemis, tentu sang Ratu akan berkata: kau adalah seorang Raja, mengapa kau duduk di antara pengemis? Ayo kita kembali ke istana. Karena dia merasa raja, tidak seharusnya berada di sana. Tapi Yesus yang adalah Allah, Dia rela datang di palungan, mati di atas kayu salib, tentu jauh lebih tidak bisa dibayangkan, apalagi kau dan saya adalah orang yang melawan Tuhan, menjadi musuhNya, yang harus binasa, mengapa Dia rela datang bahkan rela mati bagi kita? Soal berapa sengsaranya saat Dia dicambuk, dipaku, itu hanyalah fenomena, tapi kerelaanNya untuk inkarnasi, mati adalah redemption, atonement, memampukan kita rekonsiliasi dengan Allah, justru jauh lebih penting. Jika bukan Dia yang begitu tinggi, rela merendahkan diriNya, mati di atas kayu salib, tak mungkin ada kebangkitan. Kalau Yesus bukan manusia, Dia tak mungkin mati. Kalau Yesus bukan Allah, Dia tak mungkin bangkit. Itulah Kristologi, the manship and the Lordship ada pada diri Kristus. Itulah makna kebangkitan. Lewat kebangkitan, kita melihat beberapa hal yang penting:
1. ketidakberesan dunia tidak mungkin unggul. Kita sering melihat, hakim yang paling tidak jujur unggul, sementara hakim yang jujur hidupnya susah, jaksa agung yang baik dibunuh orang yang tidak baik. Memang, dunia tidak beres, pengadilanpun mempermainkan hukum, menginjak-injak keadilan. Saya berani mengatakan: orang yang paling berani membunuh adalah orang yang mengaku dirinya berbakti pada Allah. Orang sering berkata, Presiden ini tidak baik, mari kita menggantinya. Nyatanya, Presiden baru mungkin lebih tidak baik dari Presiden lama. Siapa bisa membereskan ketidakberesan ini? Ketidakberesan politik, ekonomi, hukum, agama, masyarakat telah membunuh Kristus, tapi Dia bangkit, memberi pengharapan: ketidakberesan dunia tidak akan terus merajalela.
2. Kematian bukan kuasa terakhir yang menelan, menghancurkan kita. Karena kebangkitan Yesus membuktikan ada kuasa yang lebih besar dari kuasa maut. Waktu mati datang menjemput Mao Ze Dong, Stalin, Hitler, Kennedy, Soekarno. Hanya bisa mengatakan: yes. Tapi waktu kematian menghampiri Yesus, kataNya: No. Aku akan meremukkanmu. Maka maut bukan musuh manusia yang terakhir, karena Kristus mengatakan maut, Dialah buah sulung kebangkitan dari semua orang yang percaya padaNya.
3. menjamin the certainty of eternal life.Yoh. 3:16 itu janji kosong? Bukan, janji yang nyata. Perhatikan: barangsiapa mengikuti orang-orang yang jasadnya masih di kubur, hati mereka kosong, tapi barangsiapa percaya pada Dia, kuburnya kosong: Yesus, hatinya terisi. To whom you show your faith, apakah mereka yang kuburnya berisi atau Dia, yang kuburnya kosong? Maka hidup kekal bukan janji kosong, melainkan nyata. Kata Yesus, jangan takut pada dia yang hanya bisa membunuh tubuhmu, takutlah pada Dia yang bisa mencampakkan jiwamu ke neraka. Siapa itu Dia? Allah dan dosa. Maka takut pada Allah dan takut berbuat dosa membuatmu bisa hidup suci dan berpegang pada Yesus Kristus.
4. damai mengiringi kita. Perhatikan: 4 tahap berikut:
a. glory to God, peace on earth --janji para malaikat saat Yesus lahir,
b. Yesus berkata, datanglah padaKu, hai kamu yang letih lesu, Aku akan memberimu damai.
c. Malam sebelum Yesus disalib. Dia berkata pada murid-muridNya. Aku meninggalkan damaiKu untukmu.
d. Setelah Dia bangkit,kalimat yang sering Dia ucapkan: sejahteralah kamu; shalom; damai. Pada saat dia disalib, kataNya: yang Kau serahkan padaKu sudah Kugenapi, Aku menyerahkan nyawaKu padaMu. So peacefull. Maka kalimat peace on you mampu menghibur begitu banyak duda, janda, yatim piatu dan orang yang menghadapi perang rohani yang sengit, marabahaya yang besar.
5. memungkinkan kita bersaksi. Dari abad ke-1, orang Kristen disebut The witness of God. Tahukah anda, istilah saksi yang dipakai di Alkitab bukan mengerjakan, mengatakan, melainkan status: you are My witness. Jadi, bersaksi bukan memakai mulut, melainkan memakai seluruh hidupmu. Bagaimana kita yakin bahwa Yesus sudah bangkit? Murid-muridNya yang tadinya takut, setelah Dia bangkit, bertemu denganNya, satu per satu bersaksi bagi kebangkitanNya bahkan mati bagiNya. Mengapa mereka rela mati bagiNya? Karena mereka mau menjadi saksi Kristus yang bangkit. Inilah berita untuk kita sekalian, karena Yesus bangkit, kita tak perlu takut pada dunia yang tidak beres, suatu hari nanti, Dia akan membereskannya. Kita tak perlu takut mati, karena mati sudah dikalahkanNya. Kita menerima janji hidup kekal. Kita tak takut susah, karena damai sejahtera sudah Dia karuniakan. Kita berani bersaksi bagi kebenaran sampai mati.
(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah --EL)