November 16, 2003

Taatilah dan Tunduklah pada Pemimpinmu

Ibrani 13:17

Terjemahan lain lebih lengkap adalah: taatilah mereka yang pernah memimpinmu, tunduklah padanya, sebab mereka senantiasa berjaga-jaga bagi jiwamu, sebagai orang-orang yang harus mempertanggung-jawabkannya di hadapan Allah. Jangan membuat mereka susah pada saat penghakiman Tuhan nanti, kalau sampai mereka susah, kamupun tak beroleh faedah. Saat mulai membahas ps. 13, saya perkirakan bisa menyelesaikannya dalam waktu setengah tahun, nyatanya, sudah hampir satu tahun belum juga selesai. Karena ps. 13 mempunyai ciri khas yang tidak terdapat di pasal-pasal sebelumnya: terdapat kalimat-kalimat penting yang bernada perintah atau peringatan besar, seperti: pernikahan, setiap orang harus menghormati (ayat 4). Yesus Kristus, kemarin, hari ini sampai selama-lamanya tetap sama (ayat 7). Kita tak memiliki kota yang kekal di sini ...yang muncul secara tiba-tiba, bahkan nampaknya tidak mempunyai kaitan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya. Awalnya saya merasa penasaran, tapi akhirnya saya menemukan, hubungan kalimat-kalimat tersebut dengan ayat sebelum atau sesudahnya bukanlah hubungan sistematis melainkan hubungan organik, yang membuat kita mengerti secara menyeluruh. Adakah hubungan antara rambut kita dan kuku kita? Kelihatannya tidak, tapi darah di dalam tubuh kita menghubungkan sel yang satu dengan sel yang lain, maka sewaktu kita hidup, tidak ada satu bagian dari tubuh kita yang tidak mempunyai hubungan dengan bagian lain. Sampai saat kita mati, hubungan organik baru berubah menjadi hubungan materi. Mari kita menemukan hubungan organik yang ada di dalam ayat-ayat Alkitab dengan kacamata yang berbeda dari kacamata umum, menemukan berita yang dinamis. Misalnya: hubungan antara ayat “mari kita pergi ke keluar kota untuk menderita bersama Kristus” dengan “mari kita bersyukur pada Tuhan” adalah: di saat menderita kita juga bisa menaikkan syukur pada Tuhan dan saat kita bersyukur pada Tuhan juga tidak lupa melakukan kebajikan, memberi portolongan pada orang. Mengapa setelah penulis mengatakan pernikahan harus dihormati, dia sambung dengan jangan tamak akan harta, apa hubungan antara keduanya? Karena dia ingin mengingatkan, seks dan harta adalah cobaan terberat buat pengikut Tuhan dan pelayan Tuhan. Banyak orang yang mengaku cinta Tuhan jatuh dalam dosa seks atau harta dan sulit terlepas dari jeratnya.

Setelah itu, penulis mengingatkan: jangan lupakan mereka yang memimpinmu. Ada dua jenis pemimpin: leader and ruler. Ruler bukan leader, leader bukan ruler. Pemimpin yang betul-betul menjadi teladan bagi orang, memimpin jiwa orang datang pada kebenaran adalah pemimpin yang agung, tapi pemimpin yang hanya tahu menguasai orang dengan tangan besi adalah pemimpin yang hina. Alkitab memberitahu kita, ketika Yesus di dunia, Dia menjadi Pemimpin yang agung, teladan kita. Hanya ada dua jenis kepemimpinan di gereja: mengikuti pola spiritual atau pola sekular. Saat penulis Ibrani hampir mengakhiri suratnya, dia berkata, taatilah dan tunduklah pada mereka yang pernah memimpin kamu .......suatu ayat yang indah sekali. yang mengembalikan kita pada prinsip: meski Bait Allah yang megah sudah dihancurkan. upacara agama sudah berakhir, semua hal yang dibanggakan oleh orang Yahudi sudah musnah, ada satu perkara yang harus tetap berlangsung, para pemimpin membawa orang takluk kepada kebenaran. Dengan begitu, kehendak Allah terus berlangsung di bumi. Banyak orang pada awalnya datang ke GRII (Gereja Reformed Injili Indonesia) hanya tertarik untuk mendengar khotbah pak Tong, bukan tertarik pada teologia Reformed atau gerakan Reformed, tapi lambat laun, mereka mulai tahu, teologia yang kami ajarkan begitu ketat, penafsiran yang kami sajikan begitu dalam, semangat kami begitu berapi-api, lewat nyala api itulah mereka mulai tertarik untuk memperhatikan firman. Sama seperti saat Tuhan memberikan visi pada Musa: Dia membuat Musa terlebih dahulu melihat api, sampai saat dia mulai tertarik untuk mengetahui sesuatu yang aneh di dalam api. barulah dia mendengar firman: tanggalkanlah kasutmu, karena tempat di mana kau berdiri adalah tempat suci. Itulah langkah-langkah yang membawa kita masuk ke dalam rencana Tuhan. Kita harus memimpin, karena dulu, kita juga pernah dipimpin. Kalau dulu. kau berbakti di gereja yang sangat mementingkan kerapian administrasi. organisasi, tentu kau akan merasa GRII kurang kuat secara organisasi. Tapi saya memberitahumu: kami selalu mementingkan visi lebih dari organisasi, mementingkan kehendak Tuhan dan kuasa Roh Kudus yang dinamis lebih dari administrasi. Organisasi, administrasi, finansial.... harus melayani visi yang Tuhan berikan.

Hari ini, kita menegaskan satu pelayanan yang penting: melakukan pekerjaan Tuhan dengan jiwa seorang pemimpin, mau menjadi contoh, mau menyangkal diri. Tanpa itu, gerakan ini dan segala hal yang pernah kita raih akan lenyap. Sebagaimana dulu, orang tua kita membesarkan kita, setelah kita dewasa, kitalah yang membesarkan anak-anak. Mari kita melihat ayat ini dari segi dinamis bukan statis: dulu aku dipimpin, sekarang aku sudah dewasa, aku tahu bagaimana memperlakukan orang yang pernah memimpinku, juga tahu bagaimana memimpin orang, hingga pekerjaan Tuhan bisa terus berkembang. Kesinambungan seperti ini sering diabaikan oleh orang yang hanya tahu membangga-an sesuatu yang pernah dia terima tapi tidak dia salurkan lagi. Salah satu tugas yang paling mulia di dalam hidup kita bukanlah cari makan melainkan memimpin sesama kita masuk ke dalam kerajaan Allah. Jika kau pernah, sanggup, berhasil memimpin orang-orang menjadi orang Kristen yang sejati, bertumbuh di dalam kebenaran, berjalan di dalam kehendak Allah, di sorga nanti, kau akan tersenyum dengan puas. Mari kita mengingat: dulu, kita pernah dipimpin, sekarang kita berjanji pada Tuhan, mau memimpin orang datang kepadaNya. Bukan memimpin dengan menguasai. melainkan menyangkal diri, membawa orang keluar dari lumpur dosa, masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ada orang yang setelah diinjili. hidupnya tidak merasa tenang sampai dia sendiri juga menginjili orang. Orang yang dilahirkan di dalam keluarga Kristen tidak terlalu memahami, bagaimana rasanya seorang non Kristen dipimpin sampai menjadi orang Kristen, maka jarang dari antara mereka yang berkeinginan memimpin orang non Kristen percaya Kristus. Karena mereka sendiri tak pernah melewati proses pergumulan dalam mengambil keputusan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Perhatikan: kekristenan maju karena ada orang yang mau menyangkal diri, berani memberitakan Injil. membawa orang datang pada Tuhan. Ingatlah mereka yang memimpinmu, takluklah pada mereka. Mungkin sekarang ini, orang yang dulu memimpinmu kerohaniannya tidak selevel denganmu. kau harus tetap takluk pada mereka. Di dalam kekristenan terdapat satu gejala yang aneh: banyak orang yang setelah dipimpin. maju rohaninya, justru menghina orang yang pernah memimpinnya. Bagai seorang ibu yang tidak sempat duduk di bangku sekolah, bekerja setengah mati untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan tinggi. Tapi setelah anaknya lulus malah berbalik menghina ibunya. dia adalah anak yang kurang ajar. Mengapa orang yang dulu kita hormati, sekarang tidak kita hormati lagi? Karena kemajuan kita lebih pesat dari kemajuannya. Bagaimana seharusnya kita bersikap? Bersyukur pada Tuhan: generasi berikut lebih maju dari generasi sebelumnya. itu adalah anugerah Tuhan. Saya berharap pendeta-pendeta asisten saya, murid-murid saya melebihi saya. Saya sudah tunggu puluhan tahun, tapi saya sangat kecewa. karena banyak hamba-hamba Tuhan muda setelah mencapai satu point, lalu berhenti, dalihnya: memang bakatku hanya sebegitu. Padahal dia tidak mau menuntut untuk maju lagi. Apakah saya sendiri sudah melebihi senior saya? Ya. Dalam hal-hal tertentu saya jauh melebihi mereka: kebaktian terbesar yang pernah John Sung pimpin hanya enam ribu orang, kebaktian terbesar yang pernah saya pimpin enam puluh lima ribu orang. Wang Ming Doo pernah berkhotbah di 228 gereja, saya pernah berkhotbah di lebih dari 1500 gereja. Mereka memberitakan firman Tuhan paling banyak kepada satu juta orang, tapi saya sudah berkhotbah kepada lebih dari dua puluh juta orang. Apakah karena kelebihan itu saya menghina mereka? Tidak. Alkitab mengajar kita untuk taati, takluk pada mereka.

Taatilah mereka, takluklah pada mereka, tentu bukan dalam pengertian akademis, melainkan dalam jiwa sebagai pemimpin: semangatnya dalam berkorban dan ketaatannya. Orang yang membawa keluarga kami — keluarga Tong percaya Kristus bukanlah Pendeta atau majelis, melainkan seorang perempuan tua yang berusia lima puluhan tahun. Dia begitu penuh kasih, begitu sabar, begitu sungguh-sungguh, dia sering membesuk kami. Mama saya bersekolah di sekolah Belanda, kemudian menikah dengan papa saya, seorang yang terkenal. kaya, mengerti sastra, ilmu kedokteran, fasih dalam lima belas macam bahasa... diboyong ke Tiongkok. Saat itu, keluarga kami menyembah leluhur. Terlebih karena kakek saya, tiga bersaudara begitu sayang pada orang tua, sampai-sampai Kaisar di Beijing mengirimkan pigura yang dipajang di ruang tengah rumah kami, menjadi kebanggaan keluarga kami. Secara manusia, keluarga kami tak mungkin percaya Kristus, namun wanita itu memberitakan Injil pada mama. tadinya mama masih meladeni, tapi lama kelamaan, katanya. “lain kali kau tak perlu datang lagi” “Mengapa?” “karena kami sudah punya agama sendiri”. Orang itu pergi dan mama saya merasa lega. Sampai suatu hari, salah seorang kakak saya sakit panas sudah dua puluh tujuh hari, padahal kakek kami adalah seorang dokter, punya apotik besar, obat apapun sudah diberikan dia tetap tidak sembuh, mama saya sembahyang ke kelenteng juga tidak sembuh. Orang itu datang mengabarkan Injil lagi, saat itu mama saya mulai tersentuh: orang yang pernah diusirnya itu tetap mau datang, cinta kasihnya begitu anggun, begitu tahan uji, kami mulai ke gereja. Karena tertarik pada lagu-lagu gereja yang kami nyanyikan di rumah. papapun ke gereja. Satu tahun kemudian, dia meninggal dunia. Orang itu berjasa besar di dalam sejarah kekristenan. Mengapa? Melalui dia, Tuhan memimpin keluarga kami percaya padaNya, akhirnya lima orang saudara kami menjadi Pendeta. Artinya, apa yang dia lakukan tidaklah sia-sia. Begitu juga kau, saat kau mengabarkan Injil, jangan menganggap diri menabur sesuatu di laut, menghilang tanpa bekas. Jangan kecil hati, karena kau sedang memimpin sesamamu mengarah ke sorga —suatu karya yang mulia. Saat kau berbicara tentang hal dunia, orang akan menanggapinya dengan baik, tapi begitu kau berbicara tentang Yesus. mukanya mulai ditekuk, dia mulai berbantah, hal ini membuktikan: setan tidak suka orang memimpin sesamanya menerima Tuhan Yesus, namun bagaimanapun juga tetap harus ada orang yang memimpin sesamanya berpaling pada Tuhan, agar kehendak Tuhan bisa terus dijalankan di bumi. Taatlah dan takluklah pada mereka yang pernah memimpinmu, ingatlah akan kasih mereka, jasa mereka. ikutilah teladan mereka. Seorang pemimpin yang baik: Satu, menjadi teladan bagi orang dalam hal tidak mengenal hidup mati, untung rugi dirinya sendiri, hanya tahu memimpin orang mengenal firman, mengenal Tuhan Yesus, berpaling pada Tuhan. Dua, siang malam berjaga-jaga untuk orang yang dipimpinnya, artinya selain menginjjli orang, memperkenalkan Kristus kepadanya, juga memperhatikan pertumbuhan rohaninya. Tiga, mereka memikul tanggungjawab yang berat, karena dia sadar, suatu hari nanti. dia harus membawa buah-buah yang dia hasilkan pada Tuhan untuk diuji pada saat penghakiman nanti. Tentu bukan penghakiman di depan takhta putih, penghakiman karena dosa. (lbr.9:28). karena dosa-dosa kita sudah ditanggung oleh Kristus diatas kayu salib. namun penghakiman di depan tahta Kristus. Di mana, pelayanan kita, kesucian hidup kita, kesetiaan kita mengikut Tuhan akan diuji. Jika kita membangun dengan emas, perak, batu-batuan yang indah tentu bisa tahan uji tapi katau kita membangun dengan rumput dan jerami yang lidak bisa tahan uji. Kita memimpin orang datang kepada Tuhan, Dia mengharapkan buah-buah yang kita persembahkan itu tahan uji. Itu sebabnya kita harus takluklah pada pemimpin kita. Karena mereka berjaga-jaga bagi jiwa kita, untuk bisa pertanggungjawabkan pada Tuhan. Jika di hari penghakiman itu pemimpinmu merasa malu, tak ada faedahnya bagimu. Aneh bukan? Kalau buah yang dihasilkan tidak beres, mengapa si pemimpin yang harus merasa malu dan yang dipimpinnya tidak mendapat faedah? Karena baik yang memimpin dan yang dipimpin harus sama-sama bertanggungjawab. Itu sebabnya pemimpin harus selalu mengevaluasi bahan yang dia pakai untuk membangun, bobot khotbah-nya. benih yang dia tanamkan di dalam hati orang yang dipimpinnya. Sedangkan orang yang dipimpinnya juga perlu selalu menginstrospeksi diri: sudahkah dia mengindahkan, memelihara kesucian benih yang ditanam di dalam dirinya, rela taat pada pemimpinnya.

Perhatikan: ingatlah mereka yang pernah memimpinmu, kalau saat ini mereka sudah menyimpang, jangan ikuti mereka, tapi bersyukurlah untuk benih firman yang pernah dia tanamkan di hatimu, yang membuat rohanimu bertumbuh, karena itu adalah anugerah Tuhan. Maukah kau yang pernah dipimpin orang berjanji memimpin orang? Maukah kau yang pernah diinjili memberitakan Injil pada orang? Seorang yang selalu lupa akan budi orang tak layak menjadi orang Kristen yang baik. Setelah saya tahu: ada orang yang mau berkorban, memberitakan Injil pada keluarga kami, sayapun mengambil keputusan untuk seumur hidup berkorban, memberitakan Injil dengan giat. Dengan cara seperti itu, Injil akan terus dikumandangkan di dunia. Maukah saudara memimpin orang berpaling pada Tuhan dengan menyangkal diri. dengan memberitakan Injil. dengan semangat berjaga-jaga dan bertanggung-jawab. sampai kita berjumpa dengan Tuhan?

(ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah - EL)